Tri Yoga Pujalaksana

Perkenalkan. Namanya Tri Yoga Pujalaksana. Biasanya ia dipanggil Yoga saja. Lahir dir Situbondo, pada tanggal 9 Agustus dengan tahun yang dirahasiakan. Saat ini ia menetap di kota Malang yang sejuk dan bekerja sebagai freelancer untuk ilustrasi dan desain, disamping masih mencari pekerjaan yang lebih tetap. Hobinya menggambar, membaca, menonoton film dan naik gunung. Sebelumnya ia kuliah mengambil jurusan Ilmu Komunikasi dengan konsentrasi pada Audio Visual.

Yoga terinspirasi menekuni visual art karena saat waktu senggangnya sering mencoret-coret buku di halaman belakang rumahnya. Lama-kelamaan menggambar membuat dirinya merasa bebas untuk memvisualkan apa yang ada dalam pikirannya, serta mengekspresikan pengalamannya dalam bentuk visual. Baginya menggambar merupakan wahana alternatif untuk rekreasi batin bagi dirinya.

karya (2)

Dengan menekuni visual art, Yoga membisa membangun pola pikir yang tidak pernah terbayangkan di benak orang lain dengan sudut pandang yang berbeda, entah itu objektif atau subjektif. Bagi Yoga, tugas seorang visualizer  adalah menggambarkan apa yang menjadi hasil interaksi seorang perupa dengan sekitarnya.

Yoga pertama kali berkenalan dengan dunia seni pada saat duduk di kelas 2 bangku SMA. Saat ia ia diajak teman-temannya untuk menggambar mural dan grafiti. Rupanya, “ngebomb” dinding tersebut sangat berkesan bagi Yoga sehingga akhirnya ia mengambil Seni Rupa saat penjurusan di kelas 2 untuk mata pelajaran Ketrampilan dan Kesenian. Semula orang tua Yoga tak menyetujui keputusannya untuk menekuni dunia seni. Tapi, seiiring dengan berjalannya waktu, akhirnya mereka bisa memahami.

karya (3)

Inspirasi Yoga bisanya datang secara tak terduga. Namun, untuk memperbanyak referensi Yoga sering membaca, berkunjung ke pameran atau main ke studio teman. Meski mungkin tidak langsung datang, namun bisa saja inspirasi menggugah Yoga tidak lama setelahnya.

Untuk urusan gaya atau style, ia mengaku masih labil, karena masih dalam proses belajar serta pengembangan dari gaya sebelumnya. Meski begitu, jika harus menentukan, maka Yoga memilih Pop Surealisme yang kontemporer dan (menurutnya) badass, sebagai pilihan gayanya.  Yang menjadi inspirator berkarya untuk Yoga antara lain adalah Joe Joubert, Roby Dwi dan Rio Krisma.

Screen Shot 2015-07-30 at 6.04.52 PM

Untuk pengalaman pameran, Yoga masih terlibat untuk pameran yang dilakukan di sekitar kota Malang saja. Memang, ia pernah juga melakukan di kota Jakarta, namun hanya sebatas itu dan tidak ada lagi. Yoga memendam cita-cita ingin melakukan pameran art-project bersama para seniman yang menjadi inspirasinya serta melakukan sebuah pameran tunggal yang berkolaborasi dengan sebuah pertunjukkan teatrikal. Untuk sementara ini hanya sebatas keinginan, karena Yoga belum memikirkan lebih lanjut bagaimana untuk konsep pameran dan art-projectnya.

Dalam berkarya, selalu ada hal yang coba Yoga sampaikam. Misalnya tentang filosofi dalam cangkruk ngopi dalam kutipan yg ambil dari penjual kopi , yakni “urip sadermo mampir ngopi“, yang memiliki makna pesan yang mendalam yang jika dicermati mengungkapkan tentang perjalanan manusia yang sangat singkat yang dianalogikan dalam konsep orang datang- memesan- minum kopi-habis- selesai. “Jika ditarik benang merahnya, Manusia merupakan individu yang datang kedunia ini dari proses kelahiran-bayi-anak-remaja-dewasa-tua-mati. Korelasinya adalah tujuan manusia hidup didunia adalah untuk ibadah pada Tuhan yang Maha Esa, melakukan pekerjaan semata-mata karena ibadah. Dan apa yang telah dikumpulkannya semasa hidup akan menjadi bekal yang berguna di saat kematiannya,” kata Yoga bijak.

Kopi hampir selalu menjadi bagian dari proses berkarya Yoga. Biasanya ia akan pergi ke kedai kopi kecil milik seorang temannya dan kemudian mengerjakan sketsanya. Di kedai kopi tersebut ia pun diperkenalkan berbagai macam kopi dan juga manfaatnya. Sebuah edukasi tentang kopi yang sangat membantu Yoga dalam membeli kopi yang diinginkannya.

Penulis: Haris Fadli Pasaribu

joker123malaysia pussy88 xe88 mega888official