Ketika orang berbicara tentang “kopi Sumatra”, yang sering terlintas dalam pikiran adalah kopi yang berasal dari Aceh, Sumatra Utara, atau Lampung. Padahal, bukan hanya ketiga daerah itu saja yang jadi penghasil kopi di Pulau Sumatra. Padahal, kopi yang dikemas di Lampung bisa jadi berasal dari daerah-daerah lain di sekitar Pulau Sumatra. Pagaralam, salah satunya.
Di Provinsi Sumatra Selatan, ada sebuah kota yang dikenal dengan nama Pagaralam, atau beberapa orang menyebutnya dengan nama “Besemah”. Banyak yang nggak tahu, bahwa komoditas daerah yang terletak di kaki Gunung Dempo ini adalah kopi. Kenapa bisa begitu? Ya karena kebesaran nama kopi Lampung, dan ini sudah berlangsung sejak jaman Belanda.
Biasanya, para agen yang menjual kopi ke Pulau Jawa mengambil kopi dari Palembang dan Lampung, padahal sebagian besar kopi dari Kota Pagaralam dijual ke kedua daerah tersebut, dan dicampur dengan kopi yang berasal dari daerah lain. Seketika itu juga, kopi Pagaralam berubah menjadi kopi Lampung. Penyebab lainnya adalah karena para pedagang kopi di Pagaralam memang sudah terbiasa menjual kopinya ke Lampung dan merasa ini bukan hal yang perlu dibesar-besarkan. Nggak apa-apa kopi Pagaralam berganti nama menjadi kopi Lampung, asal laku terjual. Mungkin begitu pikir mereka.
Masalah lainnya, di Kota Pagaralam sampai saat ini belum ada pabrik pengelola kopi, jadi mereka hanya menjual biji kopi mereka mentah-mentah ke daerah lain, tanpa peduli di mana kopi itu akan diolah, padahal mereka adalah penghasil biji kopi terbesar di Sumatra Selatan.
Kopi Robusta yang berasal dari Pagaralam ini sejak dulu dikenal istimewa karena aromanya. Wanginya sudah tercium, bahkan sebelum kopinya diseduh. Para petani kopi setempat mengatakan bahwa kopi Pagaralam adalah salah satu kopi favorit Ratu Yuliana pada jaman Belanda dulu.
Ratu Yuliana memang seorang pencinta kopi, dan nggak pernah melewatkan satu hari pun tanpa kopi. Di Pagaralam, ada sebuah kebun kopi yang khusus dibuat untuk menghasilkan biji kopi terbaik, dan hasil panennya seluruhya dikirim ke dapur istana Sang Ratu dari Belanda ini. Letak kebun kopi yang menjadi kebanggaan rakyat Pagaralam ini terletak di sekitar Simpang Padang Karet.
Bagi masyarakat Pagaralam, kopi bukan hanya sumber penghasilan, tapi mereka juga percaya bahwa kopi baik untuk menyegarkan badan, menambah semangat kerja, dan untuk menahan rasa lapar. Karena belum ada alat canggih untuk mengolah kopi, mereka menghaluskan biji kopi dengan tumbukan kayu, lalu menyaringnya dengan ayakan. Tanpa campuran apapun, bubuk kopi ini lalu diseduh dengan air mendidih, hingga menghasilkan kopi yang kental, lalu diminum panas-panas. Kopi Pagaralam yang asli dapat dikenal dari aromanya yang sedap, kekentalannya, dan rasanya yang gurih. Hasil kopi mereka bisa sebaik itu karena tanaman kopinya ditanam di alam pegunungan yang berhawa sejuk, di atas tanah yang subur, dan dibesarka tanpa bahan kimia. Pemilik kebun kopi di Pagaralam adalah keturunan dari pemilik sebelumnya, jadi usaha kopi di sana adalah usaha turun temurun.
Masalah yang dihadapi oleh kopi Pagaralam bukan hanya soal Lampung, tapi juga makin berkurangnya kebun kopi di daerah tersebut. Banyak petani yang merugi karena anjloknya harga jual biji kopi sejak beberapa tahun yang lalu, dan kebun kopi mereka diganti dengan tanaman lain yang hasilnya lebih menguntungkan.
Seandainya bisa dikelola dengan lebih baik, bukan nggak mungkin kopi Pagaralam bisa berdiri menyandang namanya sendiri.