Georg Baselitz adalah seorang pelukis asal Jerman kelahiran tahun 1938 yang di Amerika dikenal sebagai pelukis beraliran neo-ekspresionis, tapi di Eropa dia dikenal sebagai pelukis beraliran postmodern.
Karirnya mulai menanjak di sekitar tahun 1960-an ketika polisi mengambil tindakan karena salah satu karyanya, Die große Nacht im Eimer, dianggap provokatif dan terlalu seksual. Bukan hanya provokatif, Georg juga kurang menghargai para pelukis perempuan, karena menurutnya perempuan nggak bisa melukis sebaik laki-laki. Wah. Lukisan Georg yang termahal tercatat laku dengan harga £3.2 juta. Sedikit lebih rendah dibanding karya Yayoi Kusama, seorang pelukis wanita yang lukisannya terjual dengan harga £3.8. Berarti pendapat Georg itu salah ya?
Saat ini, Georg masih menjadi dosen di Hochschule der Künste di Berlin dan masih berkarya. Karya-karyanya pun masih sering dipamerkan. Hal lainnya yang menarik dari Georg adalah ketika pada tahun 1969 dia memutuskan untuk membalik semua lukisan-lukisannya. Manusia yang satu ini memang cara berpikirnya aneh ya. Hehe. Tapi dia juga seorang seniman yang berani. Terlihat saat dia tanpa segan-segan membuat lukisan tentang burung elang Nazi, tanpa takut untuk melukai perasaan bangsa Jerman.
Georg sering membuat lukisan potret diri dengan menggunakan pen, tinta, dan cat air. Seperti lukisan di atas, contohnya. Sekilas nggak terlihat seperti lukisan wajah manusia, karena posisinya yang terbalik. Lebih mirip seperti lukisan abstrak, dan itu memang tujuan Georg untuk membuat semua lukisannya terbalik. Dan salah satu ciri khasnya lagi, dia sering kali menggunakan kata “zero” yang mungkin menggambarkan ketiadaan, atau bahkan kematian.
Lukisan-lukisan Georg memang cenderung “gelap”, tapi juga menyiratkan energi yang menghidupkan. Georg juga dianggap sebagai salah satu seniman Jerman yang paling penting dalam sejarah karena keberaniannya.
Mengapa Georg bisa mempunyai karakter yang sebegitu dalamnya? Pasti ada penyebab dan sejarahnya dong ya. Berawal dari ketika dia berusia 7 tahun, dia pernah berlindung di lantai bawah tanah di sekolahnya karena saat itu negaranya mendapat serangan dari Rusia. Ketika itu, namanya masih Hans-Georg-Kern. Georg kecil nggak akan pernah lupa akan hari-hari yang dialaminya selama dalam masa persembunyian. Para tentara mengebom gedung-gedung hingga hancur berantakan, tapi untungnya, dirinya berada di sana bersama seluruh keluarganya dan ayahnya yang seorang tentara. Ketika mereka ke luar dari tempat persembunyian itu, ternyata jarak pengungsian selanjutnya sangat jauh. Mereka harus melalui Dresden yang sudah hancur, dan kehancuran itulah yang melekat dalam hati dan pikiran Georg sampai hari ini.
Bertumbuh sebagai seorang seniman di masa perang juga membuat Georg menjadi pribadi yang getir. Saat itu, nggak ada orang yang ingin membeli karya seni dan seniman nggak mempunyai waktu banyak untuk memikirkan apa yang harus mereka lakukan. Yang jelas, mereka harus segera melakukan sesuatu, membuat sesuatu. Nggak seperti masa sekarang di mana semua orang bisa dengan gampangnya memperoleh informasi tentang apapun, saat itu Georg sulit sekali untuk mencari secercah informasi. Perpustakaan nggak ada, museum nggak ada, bahkan guru-guru pun nggak ada. Ia harus puas dengan apa yang ia punya dan terus berkarya dari informasi sekecil itu.
Mungkin memang orang yang masa kecilnya sangat pahit akan tumbuh menjadi manusia yang gelap dan pahit ya? Tapi mungkin kalau Georg nggak pernah mengalami trauma semasa kecil dulu, karyanya nggak akan jauh berbeda dengan karya orang lain yang mempunyai masa kecil yang normal…
Ngomong-ngomong, lukisan yang dibalik ternyata dapat menambah makna, tapi omongan yang dibalik? Nah.
Sumber foto: Wikipedia dan beberapa sumber lainnya