Pernah nggak kamu berpikir, mengapa kata “java” dipakai sebagai istilah pengganti kopi? Nggak lain karena sejak dulu kopi dapat tumbuh subur di Tanah Jawa. Reputasi Indonesia dalam industri kopi sebagai penghasil kopi yang berkualitas tinggi sayangnya masih tertinggal dari negara-negara lain seperti Kolombia, Brasil, dan Etiopia.
(sumber: wsj.net)
Meskipun kebanyakan biji kopi yang tumbuh di Indonesia adalah robusta, tapi di beberapa daerah kita juga bisa menemukan biji kopi arabika yang dapat tumbuh subur di Bumi Pertiwi. Salah satunya adalah kopi Sunda Hejo yang ditanam di wilayah pegunungan di daerah Bandung. Biji kopi Sunda Hejo diolah dengan memfermentasikan terlebih dahulu buah kopi yang sudah dipetik selama satu malam, baru kemudian dicuci. Hasil fermentasi tersebut dikeringkan dalam rumah bambu hingga menjadi biji kopi.
Sebenarnya, Sunda Hejo ini sudah ada sejak tahun 1990 di Pengalengan. Awalnya, para petani di sana ingin menanam sayuran, tapi karena sebagian lahan di sana terkena erosi, pembabatan hutan secara liar, dan kebakaran hutan, pemerintah ketika itu menganjurkan agar mereka menanam kopi. Jadi, Sunda Hejo ini bukan kopi Sunda yang sebenarnya, karena yang “asli” sudah musnah lama sekali karena perkebunannya dihancurkan oeh bencana alam.
Tanah di sekitar Gunung Puntang tempat perkebunan Sunda Hejo ini berada memang termasuk salah satu daerah yang tanahnya paling subur, karena tanahnya adalah tanah vulkanis. Kopi ini diperjuangkan dan dibanggakan bukan hanya oleh para petani kopi di sana, tapi juga anggota koperasi yang sebagian besar adalah sukarelawan pencari dan penyelamat (SAR).
Menurut Eko Purnomowidi, salah seorang pendiri koperasi kopi di sana, “Jika kita memandang kopi sebagai komoditas dan bukan minuman, maka kita akan memperlakukannya seperti jagung untuk ayam.” Karenanya, berbeda dengan perlakuan kebanyakan produsen kopi yang menganggap kopi sebagai komoditas produksi massal, Sunda Hejo diproduksi dengan tujuan untuk mengubah wajah industri kopi Indonesia. Mereka mendidik para petani kopi agar dapat memperbaiki teknik menanam kopi, sekaligus meningkatkan taraf hidup para petani tersebut.
Sunda Hejo saat ini sudah mempunyai pembeli tetap di Amerika Serikat dan Eropa. Kopi ini memang sekitar 90% hasil produksinya diekspor, dan volume ekspornya semakin lama semakin meningkat. Bahkan saat ini, permintaan yang diterima melebih pasokan! Wah!
Sebagai contoh, Thompson Owen, seorang pemilik perusahaan kopi Sweet Maria’s. Owen memesan sekitar 1.200 kantung kopi Sunda Hejo ini. Kopi yang istimewa ini dibelinya $1.90 lebih mahal dari harga pasar, tetap sebagian keuntungan dikembalikan langsung oleh koperasi kepada para petaninya. Rata-rata petani penghasil kopi Sunda Hejo ini mempunyai penghasilan Rp40-50 juta pertahun, dua kali upah minimum di beberapa area pedesaan di Indonesia.
Maju terus industri kopi Indonesia!