Seberapa besar sih dampak sosial media dan teknologi di kehidupan sehari-hari? Ini yang jadi pertanyaan seorang kurator yang berasal dari sarangnya sosial media, Christiane Paul. Christiane ini adalah dosen Visual Arts di The New School for Design di New York dan pengarang buku yang judulnya “Digital Art”, dan sangat dianggap di dunia digital art dan seorang sejarahwati dibidang seni dan teknologi. Selain itu, Paul juga kurator di Whitney Museum of American Art.
Paul baru-baru ini bikin pameran yang judulnya “Public Private” di tempat dia ngajar. Dalam pameran itu, dipamerkan foto-foto yang diambil dari para pengguna internet dan penggila sosial media tanpa ijin dan tanpa sepengetahuan mereka. Tujuannya supaya orang-orang sadar tentang online privacy, pencurian data, dan hal-hal lain yang sebenarnya penting untuk dilindungi dari akun Facebook dan juga Google. Akibatnya makin meningkatnya popularitas sosial media kayak Facebook dan Twitter, otomatis penggunanya juga makin banyak. Orang makin lama makin banyak yang nggak keberatan kehidupan pribadinya “terpampang nyata” di internet dan diliat sama jutaan orang. Gawat kan?
Di pameran seni ini foto-foto yang “dipinjem” bukan cuma dari Facebook dan Twitter, tapi juga dari Google Street View, dari komputer-komputer orang-orang asing. Ada foto ibu hamil yang lagi menyusui, terus belum lagi foto-foto dari orang-orang yang ikutan situs-situs online dating. Mereka dengan gampangnya ngirimin foto mereka kemana-mana, padahal nggak kenal sama orang-orang di balik layar komputer mereka.
Sang kurator itu tapi nggak bilang bahwa sosial media itu buruk lho, cuma dia mau bikin orang mikir dan sadar untu lebih hati-hati. Dia cuma mau buka mata orang-orang bahwa kalo mau berbagi di internet itu harus hati-hati banget dan dilakukan dengan bijak. Ketika nanti ajal menyambut, kamu udah nggak bisa ngehapus file-file kita di internet atau di komputer kamu, tapi Google dan Facebook bakal nyimpen “aib” kamu untuk selamanya. Sadar nggak akan hal itu? Orang seakan-akan ngebiarin orang asing masuk ke rumah dan ke kantor, bahkan mungkin ke kamar tidur. Di kehidupan nyata, kamu nggak akan ngajak orang yang nggak dikenal buat masuk ke dalam rumah dan ngeliat isi lemari pakaian kan?
Eh tapi selama pameran itu ada nggak sih orang yang ngelapor bahwa fotonya ada di antara foto-foto yang dipamerin itu? Ternyata waktu pameran sejenis ini diadain di Shefflied, Inggris, ada orang yang bilang bahwa itu fotonya, meskipun nggak mirip. Besoknya dia dateng lagi sama keluarganya, dan ngerasa bangga bahwa dirinya terkenal. Haha… Ya mungkin memang banyak juga sih ya orang yang nggak peduli sama online privacy, karena tujuannya pengen terkenal. Menurut Kopling sih asal nggak posting foto yang “aneh-aneh” yang nggak apa-apalah. Numpang ngetop kan nggak salah, asal ngetopnya bukan karena hal yang memalukan ya?
Yang komplen juga udah ada. Salah satu karya yang dipamerin dan berjudul “Face-to-Facebook” udah nggak dipamerin lagi setelah pengacaranya Facebook sendiri turun tangan 5 hari kemudian. Isinya apa sih? Ratusan ribu data-data para pengguna Facebook, termasuk nama, foto profil, dan keterangan lainnya. Paulo Ciriol dan Alessandro Ludovico, si seniman “iseng” itu bukannya jahat sih, tapi lagi-lagi dia juga mau bikin orang ngerti bahwa data-data mereka di Facebook bisa aja disalahgunain sama orang lain tanpa permisi.
Selain itu, ada juga Eva dan Francos Mattes yang membuat karya The Others, yaitu sebuah instalasi video yang berisi 10.000 foto dari komputer pribadi mereka. Mereka ingin menyampaikan tentang aksi pencurian dokumen pribadi yang dipajang di tempat umum. Hmm… Jadi inget sama kejadian video para selebritis nggak sih? Ada beberapa seniman lain yang karyanya dipamerkan di pameran ini, termasuk Jill Magid “Evidence Locker”, Luke Dubois “Missed Connections”, Wafaa Bilal “3rdi”, Carlo Zanni “Self Portrait with Friends”, James Coupe “Panoptic Panorama #2: Five People in a Room”, Paolo Cirio “Street Ghosts”, dan Ben Grosser “Facebook Demetricator”.
Intinya sih bijak-bijaklah dalam memakai sosial media. Kamu pasti nggak mau kan kalo sampai hal ini memengaruhi kehidupan pribadi di dunia nyata?