Pada suatu pagi yang cerah, Fajar Abadi, alumnus FSRD ITB jurusan patung, bercerita kepada saya. “Waktu aku SMA, ada seorang perempuan yang senyumnya lebar pisan. Mulutnya sebetulnya kecil. Tapi kalau dia senyum, bisa mengembang sampai tujuh puluh persen.”
Saya tertawa. “Masa, sih?”
“Iya. Dulu aku suka ngikut-ngikutin dia senyum. Tapi setiap aku lihat di kaca, nggak pernah mirip. Senyum dia kayak black hole. Menyerap. Tapi yang diserap yang kesel-kesel aja. Kalau lihat orang itu, bawaannya selalu seneng. Padahal hidup dia juga nggak seneng-seneng amat,” Fajar melanjutkan ceritanya.
Senyum perempuan itu menjadi gerbang yang mengantar Fajar pada petualangan memaknai senyum. Senyum rajin hadir di karya-karyanya. Ia pun jadi selalu ingin membuat orang lain tersenyum. Maka, sejak setahun silam, ia memulai ekspedisi Kuehsenyum.
Kuehsenyum adalah sebuah art project yang manis dan jenaka. Fajar membuat kue, kemudian siapapun yang ingin “membeli” kue Fajar harus membayarnya dengan senyuman. Senyum itu diabadikan dalam foto Polaroid kemudian disimpan sebagai harta kekayaan. “Aku sering meratiin teman-teman yang buka-buka e-bay. Rupiah yang menguat mempengaruhi pola harapan. Dari situ aku lihat seperti nggak ada nilai yang riil kecuali disepakati. Aku jadi terpikir gimana kalau orang-orang menyepakati senyum sebagai nilai yang riil?”
Prinsip itu membuat Fajar bercita-cita “menjual” kuehsenyumnya di Bursa Efek Jakarta. “Soalnya aku lihat saham juga mirip kayak gitu,” ungkapnya perihal nilai yang riil dan tidak riil. Sayangnya sampai saat ini sepertinya Kuehsenyum belum berjodoh dengan Bursa Efek. Tetapi bukan berarti kue ini belum pernah diperdagangkan. Booth Kuehsenyum sudah sempat digelar di studio Keni, Kawista, dan Car Free Day Bandung serta Galeri Nasional Jakarta. Kuehsenyum laris manis. Hingga saat ini Fajar sudah berhasil mengumpulkan 125 senyuman dan merasa kaya.
Status Kuehsenyum sebagai karya seni masih sering dipertanyakan. Mengenai itu, Fajar menjawab ringan tetapi yakin. “Menurutku seni itu pasti mengambil idiom dari hidup. Tapi entah kenapa, seni itu suka kepengen lebih penting daripada hidup. Aku nggak setuju sama itu. Yang keren kan hidupnya. Kalau nggak ada hidupnya, nggak ada seninya.”
Ekspedisi Kuehsenyum masih akan terus berlanjut. Mungkin suatu saat kamu berpapasan dengan booth ini. Jangan lupa berbelanja, ya. Kamu hanya perlu merogoh sedikit kebahagiaan dalam hatimu untuk dapat membeli kue ini dengan senyuman.
Teman-teman, kunjungi etalase Kuehsenyum di http://kuehsenyum.tumblr.com/
Berikut adalah video ekspedisi perdana Kuehsenyum. Lagu berjudul Sepertinya Nyaman yang mengiringinya diciptakan dan dinyanyikan sendiri oleh Fajar Abadi.
Tulisan oleh: @salamatahari