Di utara Thailand, dua puluh ekor gajah setiap hari mengeluarkan kopi termahal di dunia. Mirip seperti kopi luwak, para gajah ini diberi makan biji kopi dan sehari kemudian kotoran mereka dikumpulkan.
Berapa harganya? $1,100 per kilo aja. Dan kopi gajah ini sampai hari ini dianggap sebagai kopi termahal di dunia. Penikmatnya tentu saja para pelancong dan penggemar kopi berkantong tebal. Kopi ini diberi nama “Black Ivory Coffee” atau “Kopi Gading Hitam”.
Pertama kali di-launching di beberapa hotel mewah di seluruh dunia – pertama tentu saja di Thailand, lalu Maldives dan sekarang Abu Dhabi. Kopi ini mereka jual dengan harga $50 per cangkir. Mahal ya? Pastinya!
The Associated Press melakukan perjalanan ke tempat produksi kopi ini di Segitiga Emas, yang dikenal sebelumnya sebagai penghasil obat-obatan, dan mereka menyaksikan sendiri para barista raksasa dengan belalai panjang ini “bekerja”. Penemu kopi gajah ini adalah Blake Dinkin yang berasal dari Kanada.
Mengapa gajah?
Ketika seekor gajah makan biji kopi, asam dalam perutnya memecahkan protein yang terkandung dalam kopi, yang menjadi sumber rasa pahit dalam kopi. Jadi kopi gajah ini rasanya sangat lembut dan tidak pahit sama sekali. Inilah sebabnya mengapa kopi gajah harganya jadi lebih mahal dibanding dengan kopi luwak.
Seekor gajah membutuhkan waktu 15-30 jam untuk mencerna biji-biji kopi, dan mereka mengunyahnya dengan pisang dan batang tebu, sehingga memberikan rasa kopi yang berbeda pada kopi yang dihasilkannya. Ada proses fermentasi yang terjadi dalam pencernaan gajah yang memberikan rasa yang nggak bakal kita temukan di kopi lain.
John Roberts, direktur yayasan perlindungan gajah setempat di Golden Triangle Asian Elephant Foundation mendapatkan 8 persen dari keuntungan penjualan kopi gajah, dan dananya digunakan untuk pemeliharaan kesehatan gajah-gajah itu. Sejauh ini, biji kopi nggak membahayakan kesehatan gajah. Kenapa? Karena memang perut gajah nggak mampu untuk mencerna biji kopi dengan baik, dan kesehatan parah gajah itu diawasi secara khusus oleh seorang dokter hewan.
Ini caranya yang baik untuk ngebantu para gajah itu, karena biaya pemeliharaan gajah itu sekitar $1,000 per bulan per ekor.
Untuk menghasilnya 1 kilogram kopi gajah, si gajah harus makan 33 kilogram biji kopi. Kebanyakan dari biji kopi itu mereka kunyah, dan sebagian lagi pecah. Boros ya memang dan sepertinya kurang efisien. Nggak heran makanya harganya jadi mahal banget.
Kopi yang dimakan para gajah itu adalah biji kopi Arabika dan dipetik oleh para wanita dari sebuah perkampungan kecil. Wanita-wanita itu mengumpulkan kotoran gajah, lalu memecahkannya dan memilih biji kopi dari kotoran itu. Setelah dicuci, biji-biji kopi gajah diproses di Bangkok. Asal tau aja, kopi Arabika cuma mengandung kurang lebih 1 persen kafein.
Untuk saat ini, kita hanya bisa mencoba kopi gajah ini di beberapa tempat berlibur kelas atas “Anantara”, termasuk yang berada di Segitiga Emas, yang letaknya tepat bersebelahan dengan yayasan gajah.
Jadi, gajah mati bukan hanya meninggalkan gading ya? Itu kuno banget. Gajah masa kini, mati meninggalkan kertas dan biji kopi. Dan hebatnya, tanpa sadar, para gajah ini membiayai hidup mereka sendiri…
Gimana ya kalo seandainya gajah Lampung dikaryakan macam begini, secara Lampung kan juga terkenal dengan kopinya kan?