Melihat dari cerita-cerita yang dituangkan di dalam berita dan juga yang digambarkan di dalam film, rasanya nggak asing bagi kita untuk mengaitkan Meksiko dengan bandar narkoba. Baru-baru ini, gembong narkoba terkenal di negara tersebut, Joaquin ‘El Chapo’ Guzman berhasil melarikan diri dari penjara dengan keamanan maksimal (maximum security). Insiden itu menjadi tamparan bagi pemerintahan yang dipimpin Presiden Meksiko, Enrique Pena Nieto. Kini pencarian besar-besaran sedang dilakukan. Aparat juga mencari tahu siapa yang membantu narapidana nomor wahid itu melarikan diri. Hal ini semakin merepotkan Meksiko untuk membenahi hukum mereka.
Di samping kasus pelarian El Chapo, ada hal yang sebenarnya menarik. Pemerintah di sana nggak hanya fokus pada pengejaran El Chapo sendiri. Mereka sadar bahwa 60.000 orang yang kebanyakan pemuda telah mati karena obat-obatan terlarang dan kekerasan.
Dari kasus ini, pemerintah Meksiko mulai mencari inovasi dan cara bagaimana memberdayakan pemuda-pemuda di Meksiko agar bisa melakukan hal yang lebih bermanfaat. Di kota Palmitas, pemerintah memperkerjakan seniman lokal “German Crew” untuk mewarnai 209 rumah-dengan luas 20.000 meter persegi-menjadi kota yang berwarna, besar, dan cantik.
Hingga kini, proses mewarnai dinding rumah di kota Palmitas masih berlangsung. Bagi pemerintah sana, proyek ini membuka lapangan pekerjaan karena memberdayakan masyarakat sekitar untuk mengecat dinding. Proyek ini juga digagas pemerintah untuk mengurangi kekerasan pada anak-anak. Ini hanya gerakan kecil dan solusi sederhana bagi masalah kota yang rumit. Minimal, dengan memulai proyek ini, Palmitas telah berupaya untuk menggagas solusi-solusi yang nggak hanya fokus pada satu penyelesaian masalah saja. Tapi melihat secara holistik sebuah permasalahan, begitu juga solusi yang dilakukan.
Mungkin kalau di Indonesia hal seperti ini diterapkan oleh Walikota Bandung. Bekerja sama dengan seniman lokal, Ridwan Kamil menggandeng mereka untuk sama-sama menghias tiang jalan layang dengan mural. Kalau kamu main ke Bandung, kamu bisa lihat mural-mural yang ada di bawah jalan layang Pasupati. Ia juga bekerja sama dengan seniman saat gelaran Konferensi Asia Afrika ke 60.
Apa yang dilakukan oleh Meksiko dan Bandung menjadi contoh kecil bahwa seni bisa menjadi terapi dan membawa perdamaian di dalam diri dan sekeliling. Bahkan salah satu German Crew juga mengatakan, “Grafiti, seni, dan sejarahnya telah mengubah kami dan membuat kami menghindari keputusan-keputusan buruk. Dari pengalaman kami itulah kami mengetahui bahwa seni bisa mengubah kehidupan orang lain.”
Semoga apa yang dilakukan oleh Meksiko dan Bandung bisa menjadi contoh bagi daerah wilayah lain di negara kita, ya!