Penyesuaian itu penting. Bukan mengubah, tapi menyesuaikan. Budaya yang kuno harus menyesuaikan diri dengan budaya modern jika ingin tetap diterima dan eksis.
Hal ini disadari oleh Hung Keung, seorang seniman dari Hong Kong, yang mempertontonkan instalasinya yang besar yang berjudul “Dao x Microcosmic Play and Appreciation” untuk pertama kalinya. Instalasi ini adalah gabungan dari 2 proyeknya yang paling kompleks: “Dao Gives Birth to One” (2009-2012) dan “Microcosmic Play and Appreciation” (2013). Saat ini, instalasi tersebut dapat disaksikan di Schoeni Art Gallery booth 3D16 di Aart Basel Hong Kong, dan akan berlangsung sampai tanggal 22 Juni 2013.
“Dao x Microcosmic Play and Appreciation” terdiri dari 3 display interaktif, yang tiap display-nya mewakili tahap yang berbeda saat sang artis mengejar kedamaian di pemikirannya. Ada 3 discs dengan ukuran yang beragam dengan 3 buah kamera yang menangkap objeknya 360 derajat. Gambar-gambar dari 3 buah kamera itu kemudian disiarkan melalui layar televisi. Ketika para pengunjung pameran tertangkap kamera, karakter-karakter animasi Cina itu akan berinteraksi dengan sosok manusia di layar. Inilah interpretasi Hung tentang seni Cina tradisional yang dibawanya ke dalam new media art (seni media baru).
Alasan Hung menggabungkan kedua proyeknya adalah karena “Microcosmic Play and Appreciation” adalah interpretasinya terhadap lukisan pemandangan dengan tinta Cina dalam bentuk pegunungan miniatur, dan cakra hitam di sana mewakili air. Untuk melengkapi “lukisan” ini, ia membutuhkan karakter-karakter Cina sebagai elemen manusia dalam karya tersebut. Kalau tidak ada manusianya, maka hubungan karya itu dengan manusia akan terputus. “Dao Gies Birth to One” adalah elemen animasi kaligrafi yang menyempurnakan karya itu. Hung ingin belajar dari tradisinya sebagai keturunan Cina dan mengembangkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kita hidup dalam era dunia virtual dan interaksi digital, jadi inilah versi Hung tentang budaya Cina yang mewakili kehidupan masa kini di abad sekarang.
Karakter yang dimaksud dengan Hung, bukanlah bentuk manusia, tapi huruf Kanji. Menurut legenda, orang yang menciptakan karakter-karakter Cina adalah Cangjie. Ia memilik empat mata, sehingga dapat melihat perspektif ganda pada saat yang bersamaan. Kata “debu”, misalnya. Bentuknya kalau diperhatikan mirip dengan beberapa ekor rusa yang berlarian di atas tanah yang kotor. Karakter Cina mempunyai 3 dimensi, juga elemen ruang dan waktu di dalamnya.
Seniman yang pernah belajar seni di Jerman ini mengatakan bahwa saat ini sudah tidak ada lagi jeda yang terlalu menganga antara seni kreatif di dunia timur dan barat, dan jika para seniman mau menggali dan mengembangkan seni tradisional secara lebih dalam, juga menyesuaikan dengan budaya dunia saat ini, tentunya lama kelamaan jeda itu akan semakin sempit, dan tidak akan ada lagi. Yang ada hanya budaya tanpa batasan-batasan antara timur dengan barat. Jadi, udah bukan saatnya untuk ngebates-batesin teknik mana yang dianggap lagi nge-tren dan teknik mana yang udah ketinggalan jaman. Karena kalo dua-duanya digabung, hasil bisa luar biasa keren.
Saat ini Hung masih menjabat sebagai asisten dosen di sekolah desain, Hong Kong Polytechnic University. Dirinya juga adalah pendiri innov + media lab (imhlab), yang fokusnya adalah filosofi dan interaktivitas budaya Cina dalam media dan desain seni modern.
Kalo kamu masih belum ada bayangan kayak apa sih cara Hung menginterpretasikan seni tradisional Cina ke dalam new media art, coba tonton aja video di bawah ini.