Kejahatan Lukisan

Siapa sih yang nggak butuh uang? Semua orang juga butuh, tapi ada yang nyarinya dengan cara yang halal ada dengan cara yang haram. Salah satunya dengan cara nipu dan mencuri.

Indonesia bukan satu-satunya negara yang banyak jadi tempat kasus penipuan. Mulai dari “SMS Mama Minta Pulsa”, sampe korupsi. Jadi pelakunya pun beragam, mulai dari “rakyat jelata” sampe kaum intelek. Siapa pun bisa jadi penipu, dan siapa pun bisa jadi korban penipuan. Biasanya, orang yang kaya yang jadi korban penipuan itu karena gengsi. Ya nggak sih? Contoh gampangnya sih, ibu-ibu sosialita di Jakarta yang suka ketipu pas beli barang branded. Tas, misalnya.

Di Inggris, yang kita pikir orangnya udah pinter-pinter aja masih bisa ketipu. Dua orang laki-laki, Lee Parker dan Grant Champskins-Howard, pernah sukses menuai uang sebanyak £57,000 setelah jualan lukisan-lukisan grafitti karya Banksy. Bukan yang asli, tentunya. Tapi palsuannya. Sasaran mereka tentunya adalah para kolektor berkantong tebal yang percaya yang mereka beli itu “limited edition“, padahal lukisan-lukisan itu dibuat oleh sepasang penipu itu pake printer aja… Nyesek banget deh pastinya yang ketipu.

Lee yang sebenernya tukang benerin atap rumah dan Grant yang aslinya adalah tukang ledeng itu bilangnya dagangan mereka itu berasal dari Pictures On Walls, sebuah perusahaan yang punya hak eksklusif buat memproduksi karya-karya asli Banksy. Grafitti karya Banksy memang terkenal dan mahal banget sih. Kalo asli ya. Angelina Jolie aja pernah beli satu yang harganya £200,000. Tuh kan, mahal banget! Jadi kalo ada yang percaya bahwa dagangan kedua penipu itu asli dan harganya “cuma” £13,000, yang bodoh siapa dong? Hehehe…

Nah, yang ketipu £13,000 itu pelakunya bukan kedua orang tadi, tapi orang lain lagi dan kalo kasus yang tadi kejadiannya tahun 2010, yang baru ini terjadinya di bulan Februari 2013. Jadi memang karya si Banksy ini ternyata incaran para kolektor, sekaligus penipu.

Lukisan yang nggak berhasil jadi bahan buat nipu itu judulnya “Wrong War“, dan ketauannya gara-gara kartu kredit yang dipake buat bayar lukisan itu nggak diotorisasi, jadi pembayarannya dibatalkan dan uangnya dibalikin ke pemilik kartu. Orang yang dicurigai itu entah bodoh atau kepepet, tapi masih melakukan penipuan ke orang lain yang mau ngejual lukisan Banksy lainnya, yang berjudul “No Ball Games“, dan gara-gara itulah akhirnya si penipu yang baru berumur 25 tahun itu ketangkep polisi di Plumstead, London Selatan.

“Kami bertindak sangat cepat setelah korban menghubungi kami. Kami bukan hanya menangkap si penipu, tapi juga mengembalikan karya-karya seni tersebut. Kami rasa, penipuan ini dilakukan oleh lebih dari satu orang. Investigasi kami masih terbuka dan masih terus kami lakukan,” begitu kata detektif yang menangani kasus ini, Sgt Geoff Grogan.

Lain lagi di Afrika Selatan, ada para pencuri yang dengan sukses mengambil lima lukisan dari Pretoria Art Museum yang kalo ditotal harganya lebih dari US$2 juta! Untungnya (masih bisa untung), mereka membuang lukisan keenam yang sebenernya lukisan termahal yang bisa mereka curi. Usut punya usut, ternyata para pencuri ini bukannya pengen ngebuang lukisan keenam itu, tapi karena lukisannya nggak muat di mobil mereka. Jadilah lukisan tersebut dibiarkan aja tergeletak di tanah daripada ketangkep polisi kan. Konon, lukisan yang dibuang itu adalah karya Irma Stern yang berjudul “Two Malay Musicians”. Harganya? US$1.5 juta saja. Dijamin mereka pasti menyesal. Dan udah pasti yang nyuri bukan pencinta seni ya, kalo nggak pasti mereka nggak bakalan ngebuang lukisan tersebut.

Di Indonesia sendiri kasus penipuan lukisan ini juga ternyata banyak lho, dan biasanya terjadi secara online. Di Surabaya, tahun lalu, konon ada seorang perempuan jadi terdakwa penipuan lukisan, dan yang dijadiin bahan tipuan itu salah satunya lukisan karya Affandi yang berjudul “Jidat dan Mataku“. Si penipu itu kena hukuman penjara satu tahun aja. Sementara, kedua penipu dari Inggris yang Kopling ceritain di awal artikel ini, selain kena hukuman penjara satu tahun, juga kena hukuman kerja sosial sebanyak 240 jam dan dilarang berjualan secara online selama lima tahun.

Intinya, hati-hati aja deh kalo mau beli barang secara online atau sama orang yang nggak dikenal, kecuali memang belinya di toko atau galeri yang terpercaya. Mungkin begitu ya caranya untuk melindungi diri kita sendiri dari kasus penipuan model begini…

About author

Perihal Waktu

Yang namanya waktu itu jaman sekarang udah bukan jalan lagi ya, tapi lari rasanya. Kamu juga merasa gitu nggak sih? Tiba-tiba sekarang kita udah di ...
joker123malaysia pussy88 xe88 mega888official