Ciuman Politis

The Kiss, atau Der Kuss, adalah sebuah lukisan karya seorang pelukis Austria Gustav Klimt yang dibuat antara tahun 1907-1908, di jaman keemasannya. Saat ini, lukisan aslinya bertengger di Österreichische Galerie Belvedere Museum di Istana Belvedere, Vienna. Lukisan ini dianggap sebagai simbol Art Nouveau-nya Vienna dan bisa jadi, ini adalah karya Klimt yang paling terkenal.

Tammam Azzam adalah seorang pelukis asal Syria yang suka bereksperimen dengan penggunaan berbagai media, seperti tali, peniti, dan benda-benda lainnya. Karya-karya terakhirnya menggunakan media digital dan menyuarakan jeritan hatinya atas kejadian-kejadian politik dan sosial yang sedang memporakporandakan negerinya. Tammam sebenarnya lahir di Damascus pada tahun 1980, dan saat ini bekerja di Dubai. Tammam juga sering melakukan pameran tunggal, antara lain di Dubai, Beirut, dan Damascus.

Lalu, apa yang terjadi ketika seorang pelukis yang punya idealis tinggi seperti Tammam menggunakan karya seromantis “The Kiss” sebagai pernyataan politiknya?

Cinta adalah obat terbaik yang paling efektif dalam seni politik. Di Tembok Berlin, ada sebuah mural yang menggambarkan “ciuman kebapakan” antara pemimpin komunis Leonid Brezhnev dan Erich Honecker. Seorang street artist asal Inggris, Banksy, juga menggambar mural yang berisi ciuman antara dua orang polisi dan memberi judul lukisan itu “Kissing Copper”. Nah, Tammam Azzam juga memasukkan sebuah daftar lukisan ciuman untuk memprotes penderitaan negerinya karena perang.

Azzam mem-photoshop lukisan karya Gustav Klimt “The Kiss” dan menempelkannya di sebuah gedung di Syria yang rusak karena perang. Foto itu langsung tersebar ke seluruh dunia dengan sangat cepat. Azzam membayangkan sebuah negeri yang rakyatnya masih bisa berkumpul dengan tenang. Lukisan ini dianggap Azzam sebagai simbol dari cinta yang sifatnya universal. Kedua orang yang berciuman di lukisan itu adalah sepasang kakak dan adik, bukan sepasang kekasih dan judul lukisan itu sebetulnya diambil dari sebuah bait di “Ode to Joy”-nya Beethoven 9th Symphony“.

“Ciuman ini adalah untuk seluruh dunia!” This kiss is for the whole world!

Baik Klimt mau pun Azzam menyuarakan ide yang sama: Cinta manusiawi yang tanpa batas. Azzam berhasil menyentuh hati rakyat dunia melalui lukisan itu. Nggak banyak kan karya seni (baca: lukisan) yang bisa kita tonton tanpa penjagaan satpam dan tanpa harus bayar tiket masuk? Azzam mempersembahkan sebuah seni yang sangat nyata dan sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari.

Jadi, siapa bilang demo itu harus dilakukan dengan kekerasan, dengan pemaksaan, dan dengan hal-hal yang sebenarnya mengganggu kenyamanan orang lain? Kenapa nggak berdemo melalui seni seperti Azzam ini? Bukan cuma pemerintahnya lho yang akhirnya bisa ngeliat lukisan ini, tapi penduduk seluruh dunia. Dan yang dia tuai akhirnya simpati, bukan caci-maki. Dan bukankah cinta, terhadap apapun dan siapapun – termasuk terhadap bangsa sendiri – harus disampaikan dengan cara yang halus dan indah, bukan dengan kekerasan dan paksaan?

Sebagai penutup, ini kutipan dari kata-kata Tammam Azzam tentang lukisan “The Kiss” itu:

“I want to discuss how the whole world could be interested in art and on the other hand two hundred people are killed every day in Syria. Goya created a work to immortalize [the] killing of hundreds of innocent Spanish citizens on May 3, 1808. How many May 3rds do we have in Syria today?”

Semoga perang nggak akan ada lagi ya di belahan dunia manapun. Mungkinkah?

About author

joker123malaysia pussy88 xe88 mega888official