Art

Teknologi + Seni = Artlens

Seni adalah bagian dari peradaban manusia, dan peradaban manusia juga nggak mungkin lepas dari yang namanya teknologi.

Gallery One di Cleveland Museum of Art punya layar yang lebarnya 40 kaki yang isinya display 3.000 gambar. Gallery One ini isinya lukisan-lukisan para pelukis besar di dunia seperti Pablo Picasso, Auguste Rodin, Viktor Schreckengost, Giovanni Panini, dan Chuck Close. Ketika seorang pengunjung museum menyentuh sebuah gambar di layar itu, gambarnya akan membesar dan memberikan informasi tentang lokasi benda yang ada di foto itu. Buat pengunjung yang bawa iPad, mereka dapat menyentuh icon hati di sudut gambar itu kalo mau gambarnya di-transfer ke iPad mereka. Bukan cuma itu, foto-foto itu juga bisa di-share melalui Facebook dan Twitter. Canggihlah pokoknya!

iPad juga nawarin berbagai pilihan buat mempelajari barang-barang yang dipamerkan di seluruh museum, seperti misalnya kapan lukisan itu dibuat, kenapa dibuat, juga gimana cara buatnya. Nama aplikasinya adalah ArtLens, dan aplikasi ini bisa diunduh sama para pengunjung secara gratis. Kalo kamu gaptek, nggak usah khawatir karena mereka punya teknisi yang bakal nerangin cara penggunaannya dengan sabar.

Si ArtLens ini bukan cuma bisa buat dipake buat nyari informasi tentang benda-benda atau lukisan-lukisan yang ada di museum itu, tapi juga bisa dipake untuk merancang tur mereka dalam museum itu sendiri dan tentunya “rencana” itu bisa mereka share ke orang lain. Tujuan utama dibuatnya teknologi kayak ini adalah karena ketika orang datang ke museum, mereka kepingin diceritain tentang benda-benda di sana secara mendalam. Tak kenal maka tak sayang kan? Dan teknologi di sini fungsinya untuk memfasilitasi mereka. Untuk saat ini memang baru ada aplikasi untuk iPad, tapi mereka sedang ngembangin aplikasi serupa yang bisa dipake di iPhone dan Android, juga nambahin fitur-fitur baru, tentunya. Dan kalo kamu terus install aplikasi ini, kamu akan terus dapat info perkembangan tentang Cleveland Museum of Art itu, seperti misalnya kalo mereka ada koleksi baru atau mereka mau bikin pameran.

Teknologi yang mirip kayak gini juga udah diterapin di beberapa museum di Singapura. Jadi, pengunjung yang memasuki museum akan diberikan seperangkat audio tour yang terdiri dari sebuah display dan headphone. Waktu pengunjung berjalan-jalan di dalam museum, mereka bisa memilih mau mendengarkan penjelasan di bagian museum yang mana. Gunanya buat mempermudah para pengunjung museum nemuin barang yang mereka cari sekaligus diceritain tentang sejarah benda itu melalui headphone.

Kira-kira kalo di Indonesia, ada nggak ya yang bisa bikin aplikasi kayak gini supaya orang lebih rajin ke museum, dan seandainya ada yang bikin sekalipun, apakah akan bikin orang jadi lebih milih liburan ke museum dibanding ke mal? Nggak jelas apakah karena orang luar negeri lebih banyak yang cinta budaya atau orang Indonesia yang kurang cinta budaya, tapi yang pasti kalo dari dulu sampe sekarang museum-museum di Indonesia masih tetap aja sama, kurang modern dan nggak ada kemajuan, bisa jadi memang nggak banyak orang (terutama yang punya dana) yang tergerak untuk membuat museum-museum kita jadi tempat yang lebih menarik, dan bukan sekedar tempat nyimpen barang-barang kuno.

Coba deh kalo kita jalan-jalan ke museum, pengunjungnya biasanya anak sekolah (karena dipaksa guru dan sekolahnya) atau orang asing. Nah, kalo orang asing aja bisa suka banget sama museum-museum kita, kenapa kita nggak? Dan kalo museum-museum kita juga kita “kawinin” sama teknologi, bisa jadi kehidupan permuseuman jadi lebih bersemangat yah?

Ada yang mau bikin aplikasi kayak gini dan ngajuin ke Pemerintah, mungkin?

About author

The Indonesian Coffee Story

Hari Minggu tanggal 8 Februari 2015 Kopi Keliling bersama beberapa teman membuat kegiatan bernama The Indonesian Coffee Story sebagai bagian dari acara Weekend@TheMuseum. Pada dasarnya sih ...
joker123malaysia pussy88 xe88 mega888official