Art

Pak Raden dan Pak Tino: Pahlawan Anak 80-an

Buat kita-kita yang termasuk sebagai “anak tahun 80-an” pastinya punya idola dan pahlawan-pahlawan yang beda sama anak-anak jaman sekarang. Dua di antara idola anak-anak tahun 80-an di bidang seni adalah Pak Raden melalui acara “Boneka Si Unyil” dan Pak Tino Sidin melalui acara “Mari Menggambar”. Dua-duanya acara di TVRI, karena waktu itu belum ada stasiun televisi swasta di Indonesia.

pak-raden

Tentang Pak Raden, udah pernah dibahas lumayan panjang lebar sama Kopling. Sampai saat ini, kayaknya sih masalah royalti antara Pak Raden dengan PFN (Perusahaan Film Negara) masih belum juga ada penyelesaiannya dan Pak Raden pernah menolak sejumlah uang dari seorang petinggi negara, karena menurut Pak Raden uang itu uang sogokan dan dirinya belum mau berhenti berjuang untuk mendapatkan hak ciptanya atas Unyil dan kawan-kawan.

Pak-Raden-3

Saat ini, Pak Raden tinggal di rumahnya di bilangan Petamburan, Jakarta dengan dua orang pengasuhnya. Kondisi kesehatan Pak Raden kian hari kian menurun, begitu juga kondisi rumah yang ditinggalinya…

Idola anak-anak tahun 80-an lainnya adalah Pak Tino Sidin. Bapak yang satu ini bikin semua anak di jaman itu jadi suka menggambar, karena bapak ini nggak pernah pelit sama pujian. Gambar apapun selalu dibilang bagus. Sangat membesarkan hati, memang.

Yang belum banyak diketahui orang adalah sebenarnya Pak Tino yang asli orang Padang ini adalah selain pinter nggambar dan berprofesi sebagai guru gambar sekaligus pelukis sketsa, Pak Tino ini juga seorang ahli kebatinan. Beliau pernah diminta oleh Presiden Sukarno buat ngumpulin para ahli kebatinan di tahun 1964 buat mendukung gerakan “Ganyang Malaysia”. Menurut anak kelimanya, Panca Takariyati, memang kadang ada orang-orang sakit yang datang ke Pak Tino untuk minta diobati dan biasanya dikasih minum air putih.

150395_620

Pak Tino nggak pernah mengkritik kalo ada anak kecil yang menggambar langit bukan dengan warna biru. Semuanya bagus di mata Pak Tino. Gayanya seniman banget, sekaligus sangat kebapakan. Pak Tino punya ciri khas selalu pake topi bareta dan kacamata dengan frame yang tebal.

Buat orang dewasa ketika itu, mungkin apa yang diajarin Pak Tino di televisi itu hal yang sepele. Beliau cuma ngajarin gimana caranya bikin garis dan lengkung, tapi buat anak-anak apa yang dibuat Pak Tino itu adalah sebuah keajaiban. Pak Tino nggak pernah mengajarkan untuk menghapus gambar. Setiap garis punya ceritanya sendiri, dan sekali coret, harus berani diselesaikan.

Buat Pak Tino, menggambar itu nggak harus selalu sesuai dengan aslinya, karena seni adalah ekspresi jiwa, dan karya yang berjiwa, pasti membawa pengaruh untuk orang lain. Yang penting itu bukan teknik menggambar yang tepat atau komposisi yang rapi, tapi rasa yang terkandung di dalam gambar itu sendiri.

pak-tino-sidin

Berkarya dan berkesenian itu nggak cuma kerjaannya para seniman, tapi semua orang yang mencintai seni dan orang yang mau berekspresi melalui seni. Sayangnya, semangat untuk berkesenian yang kayak begini udah jarang ada jaman sekarang ya? Orang berkesenian tujuan utamanya karena untuk cari makan… Dan yang lebih sayangnya lagi, udah nggak ada lagi tokoh-tokoh yang bisa jadi panutan orang, terutama anak kecil yang katanya mirip dengan kertas kosong yang belum ditulisi itu, seperti Pak Raden dan Pak Tino Sidin.

Semoga masalah yang dihadapi Pak Raden pada akhirnya terselesaikan, dan tenanglah di sana, Pak Tino. Terima kasih karena sudah menjadi bagian dari masa kecil sebagian dari kami :’)

 

Sumber foto: riaupos.co, tempo.co, dan beberapa sumber lainnya

joker123malaysia pussy88 xe88 mega888official