Salah besar kalo kita selalu menganggap bahwa barang-barang Cina itu SEMUANYA murahan. Terbukti dengan beberapa lukisan karya pelukis lokal mereka yang terjual dengan harga yang sangat fantastis. Salah satunya adalah lukisan yang berjudul “The Last Supper” karya Zeng Fanzhi yang dibuat pada tahun 2001. Lukisan ini terjual di sebuah lelang yang diadakan oleh Sotheby’s tahun lalu seharga $2.3 juta dolar! Bayangkan! Harga ini tinggi banget untuk sebuah karya yang dibuat oleh seseorang yang usianya belum tergolong tua di dunia seni, dan pembelinya juga bukan orang Asia.
Apa sih hebatnya lukisan “The Last Supper” ini? Lukisan ini dibuat berdasarkan inspirasi dari lukisan berjudul sama karya Leonardo da Vinci. Bedanya, dalam lukisan ini yang digambarkan adalah transformasi kehidupan sosial selama reformasi ekonomi di Cina pada tahun 90-an dan dianggap sebagai lukisan yang paling mereprentasikan seni kontemporer Cina.
Fanzhi lahir di Wuhan pada tahun 1964 dan saat ini tinggal di Beijing. Dia tumbuh pada masa Revolusi Kebudayaan dan menganut aliran ekspresionisme. Selain “The Last Supper”, lukisannya yang lain “Mask Series 1996 No. 6” terjual dengan harga $9.6 juta di Hong Kong.
Bicara mengenai perkembangan seni di Cina, ada beberapa mitos tentang seni kontemporer Cina ini yang sudah waktunya untuk diluruskan. Yuk kita ulas satu per satu.
Satu
Banyak yang mengatakan bahwa di Cina cuma ada investor dan nggak ada kolektor seni. Pada kenyataannya, banyak lho kolektor seni di Cina yang nggak cuma memikirkan keuntungan. Mereka bahkan membangun museum dan yayasan seni.
Dua
Karya seni di Cina itu banyak yang palsu, dan saking palsunya sampai susah dikenali mana yang asli. Ini memang ada benarnya sih, karena salah satu lukisan karya Qi Baishi terjual dengan harga $65.4 juta di tahun 2012, tapi tetap berada di gudang, karena diragukan keasliannya. Tapi ternyata, di dalam seni kontemporer, hal ini nggak berlaku karena senimannya masih hidup dan karyanya bisa dibuktikan keasliannya. Cina yang sekarang sudah berbeda dengan Cina 10 tahun yang lalu, karena mereka sudah menduduki peringkat ketiga dalam pasar seni dunia.
Tiga
Dulu orang ragu untuk melelang barangnya di Cina karena kebanyakan nggak dibayar dan barangnya juga nggak dikirim. Mau menuntut ke pengadilan juga percuma. Tapi jaman sudah berubah. Sekarang di Cina sudah ada Christie’s dan Sotheby’s. Tentunya, dengan lebih terbukanya pasaran seni di Cina, mereka jadi lebih punya standar dan peraturan yang berlaku secara global sekarang, dan lebih transparan.
Empat
Ada anggapan bahwa yang membeli barang-barang seni Cina itu hanya orang lokal, tapi pada kenyatannya sekarang para pembeli karya seni di Cina datang dari seluruh penjuru dunia. Pembeli asing ini berjumlah sekitar 40%. Bukan hanya itu, para kolektor seni di Cina juga mulai membeli karya-karya seni kontemporer di Eropa dan Amerika. Mereka nggak lagi sefanatik dulu terhadap karya bangsa sendiri. Sebagai contoh, orang Cina terkaya saat ini, Wang Jianlin, baru-baru ini membeli sebuah lukisan karya Picasso, “Claude et Paloma”, seharga $28 juta!
Pasaran seni di Cina tumbuh dan berkembang lebih pesat dari negara-negara lain di dunia selama 10 tahun terakhir. Penyebabnya adalah karena mereka lebih mau beradaptasi dan mereka mau melakukan perubahan. Orang yang berpemikiran terbuka, tentunya akan lebih membuka banyak peluang bagi dirinya sendiri untuk maju.
Ayo Indonesia jangan sampai ketinggalan!
Sumber gambar: sothebys.com dan beberapa sumber lainnya