Art

Kembalinya Kejayaan Ilustrasi Tangan Di Era #foodporn

Dengan Instagram menjadi media sosial khusus fotografi yang memiliki pengaruh yang cukup besar, maka muncullah kebiasaan orang untuk mem-posting foto makanan yang akan mereka konsumsi. Mungkin inilah yang menyebabkan muncul tagar #foodporn yang menggambarkan makanan dengan begitu memikat, dan mengekspos secara artistik setiap sudutnya dengan tujuan untuk menggugah selera yang melihatnya.

Tapi Lucky Peach, sebuah jurnal tentang makanan dan gaya hidup mengindahkan gaya fotografi dalam mengglorifikasi makanan dalam bentuk makanan. Mereka memilih gerakan ke dasar dan memutuskan untuk bersandar pada cat air untuk menggambarkan dalam bentuk ilustrasi yang dikerjakan dengan tangan. Tidak butuh waktu lama, “gerakan” ini pun diikuti oleh media sejenis, seperti Eater, Epicurious, dan Tasting Table, serta banyak lagi.

Jika tujuan ilustrasi makanan bukan untuk membuat yang melihat “meneteskan air liur”, lantas apa tujuannya? Ini adalah beberapa alasannya:

1. Batasan Bujet Dan Pedagogi Makanan

peternell

Dari sudut pandang kepraktisan, pemilihan ilustrasi cenderung terlihat sederhana. Dengan ilustrasi maka akan ada fleksibilitas dalam publikasi tanpa harus menyiapkan sesi foto yang memerlukan persiapan yang rumit dan bujet yang mahal pastinya.

Sebenarnya ada cara alternatif dalam menyediakan sumber gambar makanan, seperti foto yang dihasilkan dari kamera ponsel beresolusi baik, menyewa fotografer lepas waktu atau menggambar makanannya. Yang pertama tentunya berisiko tinggi, yang kedua juga masih membutuhkan biaya yang tak sedikit dan yang ketiga jelas lebih bisa diawasi pengerjaanya.

shortstack

Tapi masalah logistik bukan alasan utama. Penggunaan ilustrasi juga bisa mengedukasi yang melihat dalam cara dimana fotografi tidak bisa lakukan. Ilustrasi membuat makanan menjadi lebih mudah untuk “dipelajari” dan tidak terlihat berlebihan dalam menggambarkan makanan serta juga instruktif. Ilustrasi juga langsung mengarah pada sasaran dan tidak begitu mengalihkan perhatian dibandingkan detil yang diperlihatkan oleh fotografi.

Ilustrasi juga mengembalikan ingatan akan masa dimana bentuk seni dilihat sebagai tanda dari kreatifitas dan konter-kultur. Yang paling penting ilustrasi memberikan kebebasan dalam menginsterprestasi objek yang akan ditangkapnya. Ia bukan melulu tentang menyalin makanan dalam bentuk gambar, tapi juga menjadi sebuah karya seni yang bisa dimiliki.

2. Perubahan Estetika Dalam Mendefenisi Ulang Minat

Sausage

Formula dalam fotografi makanan adalah melakukannya dengan penuh gaya dan terkadang mengandalkan hiper-realisme. Tapi dengan adanya ilustrasi, estetika seni ini merupakan bukti jika fotografi bukan satu-satunya cara dalam meraih minat orang untuk melihat dan menjaga minat tersebut.

Adalah sangat sulit untuk menggambar makanan agar terlihat sangat lezat. Namun, pada akhirnya ia berubah menjadi sesuatu yang lain. Kita tidak mendandani makanan agar ia terlihat seperti sesuatu yang ingin kita pesan di restoran. Ia justru menjadi sebuah bentuk yang ingin menghibur sekaligus menantang daya pikir yang melihat.

dimsumillos

Foto memang efektif dalam membangkitkan gairah untuk mereplikasi sebuah pengalaman. Hanya saja dengan menggambar, ada sesuatu yang personal di dalamnya, terutama tentang pemilihan sang seniman untuk garis dan warna untuk ilustrasinya.

Forografi versus ilustrasi ini menemukan fokusnya dalam sebuah studi kasus. Lucky Peach pernah menerbitkan sebuah panduan ilustratif tentang dim sum di Pecinan yang menggantikan ilustrasi yang dengan foto. Dan saat diperbandingkan, jelaslah terlihat agenda masing-masing memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Melihat ilustrasi dim sum adalah seperti tengah memecahkan kode tentang maknanya, sehingga perlu waktu lama menatapnya untuk mencerna maksud gambar. Sedang fotografi jelas secara harafiah ingin kita tergugah oleh dim sum-nya.  Masing-masing memiliki kekuatan tersendiri, tapi dengan ilustrasi pembaca “dipaksa” untuk berpikir sejenak ketimbang sekedar melihat secara instan saja.

3. Gerakan Yang Disokong Oleh Para Chef

sushi

Kebangkitan kembali ilustrasi dalam makanan berjalan sejajar dengan prestisenya yang baru muncul di dunia fine art. Ilustrasi dulunya merupakan “dirty word”, dan dianggap sebagai kebuntuan ide dan hanya untuk ornamentasi. Dan bahkan reputasinya mulai kehilangan daya tarik.

Dua puluh tahun lalu semua yang berbau digital dianggap mengagumkan. Orang-orang terpesona dengan vektor yang ditampilkannya. Tapi sekarang orang-orang kembali terpana dengan gambar-gambar yang dikerjakan dengan pensil. Mereka menganggap ilustrasi adalah yang naif dan spontan.

saturday

Saat ini orang cenderung berpikir kamera menangkap apa yang kita lihat, tapi sebenarnya tidak selalu. Seorang ilustrator dapat mewakili mewakili hal yang kamera tidak bisa tangkap dan yang melihatnya menyadari akan hal ini.

Beberapa fotografer mengakui kebangkitan ilustrasi, namun mereka menganggap, ilustrasi tidak selalu melakukan tugas yang lebih baik dalam penggambaran visual. Foto memberikan rasa yang lebih mendalam tentang objek makanan, yang tentunya penting dalam menyampaikan cerita tertentu.

Meski begitu, saat ini semakin banyak outlet yang memadukan ilustrasi dalam program mereka. Dan Dengan 64 juta tagar #foodporn dan #VSCOcam memenuhi feed, Instagram, bisa jadi sebagai indikasi untuk kembali ke dasar dengan menggunakan alas dan pensil.

Kalau kamu sendiri, lebih memilih fotografi atau ilustrasi?

Sumber gambar: firstwefeast.com

Penulis: Haris Fadli Pasaribu

#LEVELUP Exhibition Line-up

Yak! Berikut adalah nama-nama peserta pameran #LEVELUP – Kopi Keliling 4th Anniversary Exhibition, di Catalyst Art Shop, Kemang Utara No 50. Aditya Rahadi Pratama Ajeng ...
joker123malaysia pussy88 xe88 mega888official