Art

Kehidupan Serumpun Rumput

We are what we eat. Kita adalah apa yang kita makan. Kalo kita makan makanan yang menyehatkan, kita jadi sehat. Kalo kita makan makanan yang bergizi buruk, nggak heran kalo kita jadi gampang sakit. Dan nggak cuma manusia yang kayak gitu. Hewan dan tanaman juga begitu. Itulah yang mau digambarin sama seorang seniman Perancis Mathilde Roussel yang menggunakan gambar dan patung untuk mengeksplor pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan hal ini. Karya instalasinya tahun lalu dipamerkan di Cheekwood Botanical Garden & Museum of Art, Nashville, Tennessee dan dikasih judul “The Lives of Grass“, dengan menggunakan bahan-bahan daur ulang, tanah, dan benih rumput gandum. Bukan cuma di sana, pameran ini juga digelar di Invisible Dog Gallery, Brooklyn, NY; the French Institute Alliance Française FGH Theater Hall, NY; Brooklyn Utopias: Farm City at The Old Stone House Gallery, Brooklyn, NY.

Di balik keindahan karya-karyanya Roussel menitipkan sebuah pesan bahwa makanan mempunyai dampak yang besar dalam kehidupan manusia yang mempengaruhi setiap organ dalam tubuh kita. Berhati-hati dalam memilih makanan akan membuat kita semakin sensitif terhadap siklus dan rantai makanan. Selain itu, dengan pemilihan makanan yang tepat kita akan terhubungan dengan kenyataan secara global dengan adanya kelimpahan yang disediakan oleh alam, sekaligus adanya kenyataan bahwa masih banyak orang yang kelaparan di dunia ini.

Roussel juga ingin para penikmat seninya melihat bagaimana menghargai makanan. Ada hubungan biologis dan anatomis antara kehidupan sebuah tanaman dan tubuh manusia. Roussel menunjukkan beberapa toples kaca raksasa yang dikasih tulisan, yang ceritanya dianggap sebagai bagian tubuh manusia seperti “kulit”, dan serbuk tanaman dikasih tulisan “sperma”, tangkai tanaman dikasih tulisan “tulang”, dan lain-lain.

Yang menginspirasi Roussel dalam karyanya ini adalah Osiris, seorang dewa Mesir yang dianggap sebagai dewa dunia orang mati. Osiris ini kulitnya memang berwarna hijau, makanya karya-karya Roussel juga bentuknya manusia-manusia hijau. Selain dijuluki dewa kematian, Osiris juga dijuluki dewa kehidupan karena orang Mesir Kuno percaya bahwa orang yang mati sebenarnya adalah orang-orang yang benar-benar hidup. Raja-raja Mesir ketika mangkat dihubungkan dengan Osiris, karena menurut kepercayaan mereka, Osiris ini yang memberikan raja-raja itu kehidupan yang kekal dengan bangkit dari kematian bersama Osiris.

Di kehidupan orang mati, Osiris memberikan kehidupan bagi para tanaman dan dia juga dianggap sebagai dewa yang membanjiri Sungai Nil dengan kesuburan. Julukan lain buat Osiris adalah “Dewa Cinta”, “Dewa Kesunyian”, dan “Dia yang Awet Muda”.

Karya Roussel ini juga mirip Chia Pet yang sering kita lihat di supermarket, toko-toko tanaman, dan toko mainan, tapi kita nggak pernah mikir kayak Roussel ini kan pas ngeliat si Chia Pet itu. Di mata kita cuma unik dan lucu aja. Memang perlu orang yang peka dan banyak mikir buat ngeliat sesuatu lebih dari yang cuma sekedar kasat mata ya? Dan nggak semua orang bisa begitu. Kita “lupa” bahwa mahluk hidup apa pun, punya nyawa – bukan cuma manusia dan hewan. Rumput dan tanaman juga punya kehidupan dan nyawa sama kayak kita. Sama kompleksnya, sama sensitifnya.

Simbol-simbol yang dipake sama Roussel untuk ngegambarain siklus metamorphosis yang mentransformasi benda-benda organik, manusia, hewan, dan tumbuhan, ini “kena” banget. Intinya, jangan pernah lupa bahwa sama seperti tubuh manusia, tanaman juga harus dijaga dan dirawat. Meskipun “pendiam”, bukan berarti tanaman nggak punya nyawa.

Sama sih kayak manusia, orang yang pendiam sekali pun juga punya perasaan kan?

About author

Happiness Is Only Real When Shared

Kebahagiaan kerap menjadi tolok ukur seseorang dalam pencapaian hidup. Ketika masih remaja, salah satu kebahagiaan kita mungkin adalah ketika dikelilingi oleh teman-teman terdekat. Seiring dengan ...
joker123malaysia pussy88 xe88 mega888official