Apakah pacar kamu seniman? Atau mungkin, kamu punya teman, kenalan, kerabat yang seniman, entah itu pelukis, penulis, atau apapun? Hmmm… Begini, banyak orang yang belum bisa ngerti kegiatan seorang seniman, jadi terkadang muncul pertanyaan atau komentar aneh. Mengritik itu boleh-boleh aja, tapi mengritik itu beda jauh sama menghina. Sayangnya, kita kadang nggak sadar bahwa omongan kita yang kita anggap biasa aja, malah terdengar seperti hinaan di telinga mereka. Kayak gimana tuh, misalnya?
Satu
Jangan pernah menghina pekerjaan mereka. Jadi seniman jaman sekarang itu kalau sukses nggak kalah mapannya kok sama mereka yang kerja kantoran. Jadi jangan pernah menganjurkan mereka untuk mencari pekerjaan lain, apalagi ngomong sesuatu seperti, “Mau makan apa kamu?” Jangan. Jangan pernah. Itu sangat menyakitkan lho. Biarkan mereka berkarya dan kalau kamu memang sayang, kamu malah harus memberi semangat dan mendukungnya.
Dua
Kalau mereka bagus, itu artinya memang mereka berbakat. Bukan karena peralatan yang mereka pakai. Paling sering ini terjadi pada fotografer sih. Kadang kita nggak sadar ngomong gini, “Fotonya bagus banget sih? Pasti kameranya mahal!” Ya semahal-mahalnya kamera kalau yang menggunakan nggak punya bakat fotografi juga nggak akan bagus dong fotonya. Selain itu, dengan ngomong begini kesannya kamu meremehkan mereka lho… Nggak sadar kan?
Tiga
Jangan pernah tanyakan hasil penjualannya. “Gimana, buku kamu udah laku berapa?” Duh. Kalau penjualannya bagus, pasti mereka akan cerita kok ke kamu, tanpa kamu harus nanya. Kalau mereka diam aja, ya mungkin mereka sendiri lagi deg-degan, jadi jangan buat mereka tambah stress lagi dengan pertanyaan semacam itu…
Empat
Ide. Jangan sok tau. Mereka lebih tau apa yang lebih baik untuk karya mereka. Warna, misalnya. Tiap orang kan seleranya memang berbeda, dan karya seni itu harusnya mencerminkan selera senimannya, bukan selera kamu. Kamu nggak suka, orang lain pasti ada juga yang suka kan? Kalau dia seorang penulis, kamu juga nggak berhak sok mengomentari hal yang kamu sendiri nggak ngerti, kecuali kamu memang sastrawan atau kamu editornya. Begitu.
Lima
“Lukisan ini berapa lama sih selesainya?” Begini. Setiap orang punya gaya dan pengaturan waktu yang berbeda-beda. Ada pelukis yang baru bisa melukis ketika semua orang sudah tidur, ada yang bisa bekerja dalam keadaan seberisik apa pun. Bagus atau nggaknya nggak tergantung dari berapa lama karya itu dibuat.
Enam
Membanding-bandingkan. Karena semua orang punya gayanya masing-masing, dan satu sama lain nggak ada yang lebih baik atau buruk, karena dalam dunia seni itu memang seperti itu. Jangan pernah bilang bahwa lukisan si A itu lebih bagus dari lukisannya, atau tulisan si penulis “kacangan” itu malah lebih bagus dari karya temanmu yang sukses buat bukunya jadi best seller. Kamu sendiri bisa nggak melukis atau menulis seperti itu? Hehe…
Tujuh
“Kamu lulusan mana?” Memang mereka yang punya kesempatan untuk sekolah seni punya dasar teori yang lebih baik, tapi bukan jaminan akan jadi seniman yang sukses nantinya. Sama seperti kita, misalnya, yang kuliah di bidang ekonomi. Kadang sarjana ekonomi nggak lebih pintar dari anak kecil yang dagang asongan lho dalam cara menghitung hasil dagangan. Ya kan?
Jadi, marilah saling menjaga perasaan masing-masing. Itu sudah lebih dari cukup. Kalau kita nggak bisa mengeluarkan kata-kata yang positif, mungkin kita lebih baik diam. Itu lebih baik.
Sumber gambar: zavtaski.com