Makin ke sini instalasi seni makin beragam temanya. Instalasi bisa saja menyentuh isu-isu sosial, politik, atau lingkungan, atau juga menciptakan karya baru yang inspiratif. Seperti yang dilakukan oleh Maxim Holland, seorang seniman, kurator, dan orang yang pernah bekerja di Discovery Channel, Natgeo, dan BBC, mengusungkan tema instalasi yang menyentuh isu lingkungan di Peru.
Melalui HAWAPI, acara seni independen, ia mengajak seniman dan pemain budaya berangkat ke Peru untuk membuat proyek di lokasi yang terbilang “menantang” karena terkait dengan eksploitasi alam yang ada di Peru. Alasan lainnya yang menyebabkan HAWAPI ini ada adalah bosan dan jenuhnya dengan keberadaan instalasi seni yang gitu-gitu aja. Di masa lalu, seniman telah menciptakan mural publik, pertunjukan, dan instalasi bekerja sama dengan masyarakat setempat, kemudian menciptakan sebuah pameran untuk menampilkan karya-karyanya.
Sejak 2012, HAWAPI telah diselenggarakan di tiga lokasi: Cerro de Pasco, sebuah kota yang tercemar karena pertambangan di Peru Andes; Pisco, kota tepi pantai yang berjuang untuk pulih dari gempa terbesar Peru pada tahun 2005; dan Pariacaca, kota yang pernah terjadi gletser yang membawa perhatian global terhadap dampak perubahan iklim terhadap Amerika Selatan.
Tahun ini HAWAPI diadakan di wilayah Huaypetue, Madre de Dios yang dikenal lokasinya sulit dijangkau dan kontroversial. Terletak jauh di hutan Amazon, Huaypetue telah dikenal sebagai tempat pertambangan emas ilegal. Dalam beberapa tahun terakhir pemerintah Peru telah agak setengah hati berusaha untuk memerintah di sekitar 30.000 operasi pertambangan ilegal di Peru, yang telah menyebabkan kerusakan lingkungan yang luas. Masalahnya terus tumbuh pada tingkat yang mengkhawatirkan dan warga rata-rata merasa tidak berdaya untuk menghentikannya.
Lonjakan buruh migran juga telah memberikan Huaypetue populasi pertumbuhan tercepat di Peru, yang mengarah pada bentrokan antara warga dan masyarakat adat. Bahan kimia yang digunakan dalam pertambangan memiliki dampak yang begitu parah, sehingga membentuk ceruk besar yang mendalam. Seperti apa yang terjadi di Freeport, Papua.
Isu-isu yang disebutkan sudah tak asing di telinga penduduk. Oleh karena itu, HAWAPI memilih untuk fokus bekerja pada isu-isu sosial yang memengaruhi kota dan sistem, dan ekonominya serta bagaimana memperbaikinya melalui seni. Selama 2015, tim (dalam hubungannya dengan kota) menciptakan ruang bagi penduduk setempat untuk bertemu, terlibat, dan membayangkan model untuk kegiatan budaya yang dapat diterapkan dalam komunitas mereka. Pada akhir proyek, HAWAPI akan menyerahkan blue-print dan dokumentasi kepada masyarakat setempat untuk digunakan.
Sayangnya, karena kecurigaan yang kuat di antara penduduk lokal terhadap fotografi, tim dari HAWAPI tidak bisa membawa kamera untuk mendokumentasikan pekerjaan mereka. Kecurigaan ini lahir karena daerah tempat mereka dalam situasi zona konflik dengan pemerintah. Tahun lalu, pemerintah datang dengan membawa alat dan mesin pertambangan serta ada gas air mata untuk melancarkan proses pertambangan. Karena hal inilah masyarakat curiga dengan tamu yang tiap kali datang.
Apa yang dilakukan HAWAPI menarik karena tema seni berkolaborasi langsung dengan isu lingkungan yang terjadi. Melalui seni, mereka mencoba menyadarkan orang-orang tentang bahaya eksploitasi alam sekaligus memberikan gambaran solusi alternatif apa yang harus dilakukan oleh warga sekitar. Ide bagus untuk menyentil ketidakadilan ya?