Apa yang kamu ketahui tentang benda bawah laut selain kapal Titanic atau Bikini Bottom? Tidak ada lagi? Pernah tidak kamu mendengar tentang patung yang ada di bawah laut? Patung besar yang menyerupai dewa Yunani. Ia adalah Atlas. Menurut Mitologi Yunani, Atlas adalah titan yang setelah kalah perang dengan Olympia Gods, dihukum selamanya untuk memegang falak di atas kepalanya.
Atlas adalah tokoh yang mencolok dari mitologi yunani dan merupakan salah satu yang paling sering dibuatkan gambarnya dari semua tokoh yang ada di mitologi yunani. Atlas seringkali digunakan untuk menunjukkan ketahanan dan perjuangan.
Seniman Jason deCaires Taylor, yang dikenal sebagai pematung dalam air, membuat patung Atlas dengan berat 60 ton, berukuran 18 kaki. Sebuah patung dalam air terbesar yang pernah dibangun. Fakta menarik tentang patung ini adalah bahan yang digunakan sangat cocok untuk pertumbuhan karang dan flora dalam air. Patung ini dibangun di Nassau, Bahama, dengan mengemulasi Atlas seolah memegang dunia yang digantikan dengan laut.
Patung ini atas kerjasama dengan Bahamas Reef Environment Educational Foundation (BREEF), sebuah lembaga nonprofit yang mendedikasikan keseimbangan alam dan kehidupan liar di sekitar Bahama, dan mempromosikan pendidikan mengenai visi dan misi mereka. Sebab, di Bahama adalah tempat menghargai lautan beserta nilai-nilainya untuk kekayaan laut, dan lingkungan laut yang sehat.
Selama beberapa dekade terakhir, karya-karya Taylor memang selalu menyuarakan pentingnya konservasi dan protes akan perubahan lingkungan, lewat karya-karya dalam airnya yang sebenarnya didesain untuk mengusir para penyelam dari terumbu karang cantik yang sangat rentan.
Baru-baru ini, ia juga membuat empat buah patung di Thames, dengan tujuan yang sama. Bedanya, empat patung berbentuk orang sedang menunggang kuda ini bisa dilihat ketika air sedang surut. Patung tersebut berbentuk kuda, dengan bagian kepala yang diganti dengan pompa minyak – sebuah kritik akan dampak pengerukan minyak bumi terhadap planet kita. Empat patung ini juga sengaja diletakkan berjarak tidak jauh dari gedung parliamen, di mana para politisi dan orang-orang yang sebenarnya terlibat dalam perubahan iklim bekerja dan membuat perjanjian dan kebijakan yang merusak lingkungan, namun tidak mau mengakuinya.
Sebuah gerakan yang sangat kuat dari Taylor. Dan seharusnya kita, Indonesia, sebagai negara maritim, juga harus berkaca dari kejadian ini. Sepakat tidak?