A Woman’s Room Online: Misogyny, and the Idea That the Internet Isn’t Real
Bagi warga metropolitan rasanya mustahil mereka terlepas dari internet. Media tempat bermukim manusia milenium abad ini. Internet bagaikan toserba. Ia menyediakan hal-hal dari yang kita cari hingga belum kita ketahui. Segala kegiatan hampir memanfaatkan internet untuk melakukan publikasi, berkolaborasi, melakukan menelitian, atau promosi. Kita dapat bertegur sapa dengan siapa saja berkat internet. Tapi, sadar maupun tidak internet di sisi lain adalah ancaman. kehadiran teknologi modern selain memberi manfaat juga menimbulkan mudharat.
Internet menjadi media pemersatu bagi manusia di belahan bumi selatan hingga utara. Seolah ia menjadi ladang kebebasan berpikir dan bertindak, yang sayangnya terkadang hal ini tidak terkontrol. Internet pada akhirnya juga melahirkan generasi pemarah. Generasi yang pintar dalam bernalar namun miskin empati. Tanpa tatap muka, generasi inilah juaranya dengan menggunakan media tanpa kontrol. Makanya, di internet seringkali terjadi bullying dan labelling pada seseorang dengan keunikan tertentu.
Bisa kamu bayangkan bullying yang terjadi di internet terjadi pula di dunia nyata. Ketika kamu melakukan sesuatu, tiba-tiba ada orang yang berteriak ke arahmu lalu berkata kasar dan merendahkanmu. Seringkali ini terjadi pada perempuan, candaan-candaan yang mengarah sexism dan gender.
Dari apa yang terjadi di Internet, Amy Davis Roth, seorang pengusaha perhiasan, membuat sebuah instalasi seni yang unik di sebuah ruang dengan empat sisi memuat print screen bullying atau hinaan-hinaan yang terjadi di media sosial. ia yang seorang feminism sejati merasa ancaman dan perlakuan terhadap perempuan di media sosial sudah sangat meresahkan.
Ruangan ini dibuat agar kamu bisa merasakan ketika bangun dari tidur dan duduk di ruangan ini membayangkan serangkaian kalimat caci maki yang kamu baca, pesan kebencian, pesan kejelekan, dan memojokkan. Potret bullying ini ia dapat dari media sosial. bisa kamu bayangkan jika keberanian si pelaku sudah di luar dunia maya. Saat kamu menaiki bis atau kereta, pergi ke kafe atau restauran, kamu akan mendapat perlakuan buruk dari sekitar. Tak perlu kamu bayangkan dalam-dalam, karena kita semua tidak ingin terjadinya hal tersebut ke dunia nyata maupun maya. Hanya saja di sisi lain kita harus tahu bahwa ternyata ada orang kurang berpendidikan di luar sana yang berperilaku tanpa menggunakan akal dan nalar.
Untuk menjadi peguna internet yang bijak bisa kita mulai dengan berperilaku sopan santun kepada siapapun di dunia nyata. Tak bisa dipungkiri, kamu akan menuliskan apa yang terjadi di dunia nyata ke dalam dunia maya. Jadi jelas ada keterkaitan antara dunia nyata dan dunia maya. Kalau kamu sudah melihat diri kamu sebagai orang berperilaku santun, segera kampanyekan isu-isu ini. Kopling meyakini kalau di luar sana banyak orang yang tidak tahu dan tidak peduli. Nah, tugas kamu yang mengerti adalah mengingatkan mereka bahwasanya dunia maya bukan berarti menggunakan kebebasan secara serampangan tapi tetap memahami nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.