Art

14 Seniman Perempuan Yang Mengubah Cara Pandang Kita Akan Desain Pt. 1

Sama halnya dengan saat ini, dunia desain di era 50-an dan 60-an diramaikan dengan nama-nama besar. Buka saja buku sejarah dan kita akan menemukan bab-bab yang ditujukan kepada mereka – Buckminster Fuller, Frank LLyod Wright, Isamu Noguchi, Donald Judd, Richard Serra. Hanya saja, tidak seperti sekarang, ada pola yang jelas terlihat, jika tidak mau disebut mengganggu, bahwa elit seniman ini, entah di bidang seni lukis, pahat atau arsitektur, kebanyakan adalah laki-laki.

Syukurlah pada masa sekarang, banyak buku sejarah seni dan pameran yang mencoba mengkoreksi hal ini dengan memperkenalkan kembali banyak seniman dan desainer perempuan di pertengahan abad lalu yang karya-karyanya kurang mendapat apresiasi yang sepantasnya atau tidak dikenal di zamannya.

Sebagaimana yang dipamerkan di Museum of Arts and Design (MAD) di New York, banyak sekali seniman perempuan yang terlewat oleh pandangan publik bukan karena karya mereka yang kurang gemilang atau luar biasa, tapi karena survey utama cenderung melewatkan sosok-sosok ini, hanya saja karena mereka perempuan atau pilihan medium mereka yang tradisional.

Berdasarkan survey yang berjudul “Pathmakers: Women in Art, Craft and Design, Midcentury and Today”, pameran menampilkan karya-karya seniman perempuan yang terlewatkan. Disusun oleh kurator tamu Jennifer Scalan dan Ezra Shales, bersama dengan Curatorial Assistant and Project Manager MAD, Barbara Paris Gifford, “Pathmakers” tidak hanya merefleksikan seniman perempuan yang menembus batas pada periode lebih dari 50 tahun lalu, namun juga memberi sorotan kepada seniman perempuan masa kini, yang melanjutkan kinerja senior mereka dan mendorong batasan tadi lebih jauh.

Berdasarkan pertunjukan tersebut, ada 14 nama seniman perempuan yang telah mengubah cara pandang kita tentang desain. Dan inilah mereka:

1. Lenore Tawney

Lenore Tawney, yang hidup dari tahun 1907 hingga 2007 merupakan seniman asal Amerika yang bidang utamanya adalah serat, namun juga bergelut di menggambar, kolase dan kompilasi. Dia kerap mendapat reputasi karena mengubah keindahan tenunan menjadi medium kontemporer yang dikenal dengan seni serat, memadukan antara filosofi Zen dengan pertanyaan spiritual. “Di semua karya Tawney, ia mengkonfrontir masa lalu dengan masa kini, timur dengan barat, yang duniawi dengan visionari, meski yang terakhir cenderung lebih mendominasi,” tulis Katherine Kuh tentang seni Tawney.

2. Mariska Karasz

Sebagai seorang perancang busana dan seniman sulam yang meninggal di tahun 1960, seniman New York kelahiran Hungaria, Mariska Karasz dikenal berkat kejeliannya dalam menggabungkan unsur keraykatan Hungaria dengan rancangan abad ke-20 Amerika untuk mengkreasikan hiasan dinding dan seni serat yang mencorong karena penggunaan warna-warni yang mengagumkan. Dia sering disebutkan membantu membangkitkan kembali seni jahit abad pertengahan saat dia bekerja sebagai editor tamu untuk majalah House Beautiful.

3. Ruth Asawa

Dilahirkan di Norwalk, California, di tahun 1926, mendiang Ruth Asawa mendapatkan julukan “fountain lady” karena kegemarannya akan merancang untuk kolam air mancur umum yang tak biasa, terutama di San Fransisco. Di awal karirnya, dia belajar untuk merenda patung kawat saat mengunjungi sebuah desa di Toluca, Meksiko, menciptakan karya-karya yang menguarkan baik keteraturan geometris dan abstraksi alami. Kreasinya yang paling terkenal adalah saat dia membantu mendirikan San Fransico School of Arts di tahun 1980-an, yang kemudian dinamakan denganRuth Asawa San Francisco School of the Arts di tahun 2010.

4. Polly Apfelbaum

Berbasis di New York, Polly Apfelbaum dikenal karena lukisan “fallen paintings,” yang mengkomposisikan ratusan carikan kain yang dicelup yang kerap terbentang di lantai ketimbang dinding, seolah-olah lukisan dengan palet cerah yang secara tragis terjatuh ke lantai, dan secara kebetulan melepaskan dunia yang dipenuhi warna indah.

5. Anne Wilson

Berasal Chicago, Anne Wislon, merupakan seniman yang menciptakan seni rupa, gambar, pertunjukan dan animasi video. Dia sering menggunakan bahan-bahan sehari-hari seperti linen, rambut manusia, kawat, renda dan benang untuk mengeksplorasi tema-tema akan waktu, kehilangan dan privasi. Sebagaimana yang ia nyatakan dalam lamannya, “My work evolves in a conceptual space where social and political ideas encounter the material processes of handwork and industry, where the organization of fields and the objects they help generate is constantly subverted by the swarming, anarchic energy of the objects themselves.”

6. Vivianna Torun

Vivianna Torun sering disebut sebagai pengrajin perak Swedia paling terkenal, seorang ahli perhiasan yang gayanya beat-meets-chic personal style. Semasa hidupnya, dia bersinggungan dengan seniman seperti Picasso dan Matisse di salon-salon Paris dan menciptakan jam eponymous-nya yang terkenal. Untuk karyanya sendiri, Viviana menyebutkan, “I didn’t want to be trapped by time, so I made the watch open, made it shiny and took away everything that was watch-like, so when you looked at the watch you saw yourself and the second hand which reminded you that life is now, now, now, now.

7. Dorothy Liebes

Perancang tekstil asal Amerika, Dorothy Liebes, yang hidup di antara tahun 1897 hingga 1972, utamanya merupakan seorang penenun yang mengkolaborasikan antara arsitek dengan desain interior. Tekstil-tekstil dengan warna-warna beraninya kerap menggabungkan beberapa media yang mengejutkan, seperti bulu, metal, pita pengikat tebal, kulit atau bambu. Frank Llyod Wright, yang diberi tugas olehnya, dan dia berkonsultasi dengan perusahaan besar seperti DuPont dan Dow, membantu mengembangkan mesin masal yang meniru efek tangan yang menjulang.

Bersambung…..

Sumber gambar: huffingtonpost.com

Penulis: Haris Fadli Pasaribu

joker123malaysia pussy88 xe88 mega888official