Setelah sebelumnya kita sudah menampilkan 5 toko buku paling cantik, maka sudah saatnya untuk menilik 5 toko buku lain dimana toko tersebut tidak hanya menyenangkan untuk dilihat tapi juga membuat betah untuk berlama.
6. Livraria Lello, Porto
Landmark Portugis ini dibuka di bekas Perpustakaan Chardron di awal abad ke-19. Ruangan bergaaya Art Nouveau-nya didominasi dengan tangga berukir dengan ornamen dari ukiran kayu agar terlihat serasi dengan dinding ruangannya yang rumit. Jendela dengan kaca yang berwarna bermotif tanaman dan penerangan yang memperlihatkan monogram dari pendiri toko, José Lello, serta tampilannya yang mirip degan gereja.
7. Bart’s Books, California
Bart’s Books, yang menyebut dirinya sebagai “toko buku outdoor terbesar di dunia”, didirikan pada tahun 1964 oleh Richard Bartinsdale, yang memajang rak buku di penggir jalan dan menjual buku bekas yang sudah tidak diinginkan lagi. Orang yang lalu lalang bisa menaruh uang di sebuah kaleng kopi. Sekarang toko ini memiliki hampir 1 juta buah buku sebagai koleksinya, dan masih banyak yang dijual melalui sistem dimana toko ini berdiri, sebagaimana juga sebuah halaman luas dimana pengunjung bisa bermain catur di bawah teduhnya pohon apel.
8. Shakespeare & Company, Paris
“I must go down where all the ladders start in the foul rag and bone shop of the heart.”
Kutipan dari WB Yeats tersebut terlampir di laman milik Shakespeare & Company, sebuah toko buku yang tidak hanya sekedar menjual buku. Dinamakan setelah sebuah toko buku era tahun 1920-an yang kerap dikunjungi oleh Ezra Pound, Ernest Hemingway dan James Joyce, toko buku yang terletak di Left Bank, Paris, sekarang juga telah sama terkenalnya. Dibuka di tahun 1951 oleh seorang pria Amerika bernama George Whitman, dan kemudian dilanjutkan oleh putrinya, Sylvia, setelah kematian Whitman di tahun 2011, toko ini menjadi tempat berkumpul untuk nama-nama dari Beat Generation, seperti Allen Ginsberg dan Williams S Burroughs. Dari semula berdiri, Whitman sudah mengizinkan para seniman keliling atau penulis untuk menginap di toko ini, yang juga merangkap sebagai perpustakaan.
9. Corso Como, Milan
Tersembunyi di balik facade yang tak terduga, Corso Como didirikan di tahun 1991 oleh mantan editor-in-chief dari majalah Vogue Italia, Carla Sozzani. Dia membawa kesukaanya untuk fashion di toko buku yang memadukan antara tokko buku dan toko desain denga cafe, hotel dan taman atas loteng. Toko bukunya memadukan antara seni, arsitektur dan fashion dengan furnitur buatan perancang ternama untuk meciptakan kesan pasar loak yang digabung dengan konsep high-end Milan.
10. Honesty Bookshop, Hay-on-Wye
Kota kecil di Welsh, Hay-onWye merupakan lokasi panas untuk para bibliophile: festival literaturnya, yang bermula di tahun 1988, yang digambarkan oleh mantan presiden Amerika, Bill Clinton, sebagai “the Woodstock of the mind”. Ada lebih dari 30 buah toko buku yang berjajar di sepanjang jalan, tapi yang paling mencorong adalah barisan rak buku di pelataran kastil Norman kota ini. Para pengunjung bisa mengagumi sisa kejayaan abad pertengahan tersebut sembari berburu buku-buku bekas, yang semua keuntungannya digunakan untuk restorasi kastil tersebut.
Penulis: Haris Fadli Pasaribu
Sumber gambar: bbc.com