Kopi Keliling Vol.7 Artworks pt.2

Yak, ini dia hasil karya teman-teman seniman yang pameran di Kopi Keliling Volume 7, Yogyakarta. Di part 2 kita akan lihat karya-karya dari:

Citra Kemala PutriDoni MaulistyaDiani ApsariElia Nurvista, Erick Eko Pramono, Farid Stevy Asta, Fia Meta Gabriela, Fauzy Prasetya Kamal, Fransiscus Kurnia Wulang Sunu, dan F.A. Indun.

 

Sajian Kematian – Citra Kemala Putri


Kayu Pinus
34 x 44 cm
Sinopsis: Dalam kepercayaan 3 dunia, ada Dunia Atas, Dunia Tengah, dan Dunia Bawah. Dunia Atas sering disimbolkan oleh hewan terbang bersayap dengan warna putih atau kuning. Dunia tengah, tempat manusia hidup, disimbolkan oleh tumbuhan, pohon, atau kayu dengan warna merah atau coklat. Dunia bawah, atau dunia kematian, disimbolkan dengan warna hitam atau warna gelap lain. Pemakaian simbol dan warna itu berdampak pada makanan/minuman tradisional Indonesia dalam ritual tertentu. Karya ini menceritakan kembali sejarah sistem kepercayaan 3 Dunia pada masa pra modern Indonesia, di mana kopi menjadi sebuah simbol kematian sementara penggunaan media kayu menjadi simbol manusia.

Aduklah Kopimu Sedemikian Rupa – Doni Maulistya

Kayu, Logam, Motor DC, Listrik, Perangkat Elektronik
25 x 60 x 15 cm
Sinopsis: Meminum kopi tanpa gula adalah sebuah pencapaian tersendiri. Selain karena alasan kesehatan untuk mencegah penyakit gula, juga sebagai pencapaian menikmati sesapan kopi hitam pahit dan kental tanpa susu dan gula. Tetapi terkadang suara “mengaduk” kopi di warteg dan angkringan menjadi hal yang dirindukan untuk didengar. Suara ketika sendok bersentuhan dengan gelas untuk mencampur air panas, kopi dan gula yang diaduk dengan semangat pembuat kopi sejati.

Djaminan Keluarga Abadi – Diani Apsari

Mix media on watercolor paper
25 x 35 cm
Sinopsis: Peranan perempuan dalam dunia kopi memang sulit untuk ditemukan jejaknya, atau bahkan nyaris tidak ada. Namun, disadari atau tidak, dalam kebudayaan masyarakat Indonesia ditemukan “jejak” peranan wanita dalam kopi, khususnya yang terjadi dalam kehidupan berkeluarga, seperti yang tercermin dalam istilah “Istri yang baik adalah istri yang bisa membuat kopi yang enak.”

Jejak inilah yang menjadi bukti bahwa wanita sangat penting dalam perkembangan sejarah dan kebudayaan kopi di Indonesia atau bahkan dunia. Karena mungkin sesungguhnya perempuan sedari dulu juga tahu cara membuat kopi yang enak, dan yang paling esensial karena ini menyangkut hubungan antar manusia, yang di sini konteksnya adalah hubungan rumah tangga. Sehingga dihasilkanlah rumah tangga yang baik dan harmonis karena kopi enak, yang dibuatkan oleh istri.

Model dalam karya ini terinspirasi oleh koleksi foto lama dari keluarga kakek, seorang peminum kopi semasa hidupnya, mempunyai enam orang anak dan seorang istri yang setia, yang selalu membuatkan teh atau kopi ketika beliau pulang kerja.

 Kopi Tentrem – Elia Nurvista

Sablon diatas karung goni
60 x 40 cm
Sinopsis: Sejarah tanaman kopi di Indonesia cukup panjang, dimulai sejak tanam paksa yang dengan sangat jelas membuat rakyat Indonesia menderita karena aturan-aturan yang tidak adil, hingga zaman sekarang, yang demi alasan terlihat etis banyak pabrik-pabrik kopi yang mencantumkan info tentang fair trade, sustainable farm, dsb.

Dua Gelas Kopi Tubruk – Erick Eko Pramono

Tinta bak, cat air, dan kopi
42 x 14,85 cm
Sinopsis: Kopi Tubruk merupakan kopi yang yang merakyat. Mudah dibuat dan relatif murah. Selalu siap menemani jiwa-jiwa yang kering. Baik di warung-warung kopi saat senggang maupun di studio saat dikejar tenggat.
Hal ini mengingatkan akan sebuah cerita dari seorang kawan sebagai berikut. Ada seorang arsitek yang sering bangun hingga malam, bahkan hingga pagi karena dikejar deadline. Saat mengerjakan pekerjaannya dia selalu menyediakan dua gelas kopi tubruk. Satu gelas kopi tubruk pahit, satu gelas lagi kopi tubruk manis. Kenapa dua gelas? Gelas pertama, yang pahit, jadi jamunya. Ditenggak supaya tetap melek dan bisa menyelesaikan pekerjaan sesuai tenggat. Gelas kedua, yang manis, diminum untuk mengobati rasa pahitnya. Agak unik memang, tapi patut dicoba.

 Farid Stevy Asta

 Kopi Selong – Fia Meta Gabriela

Sinopsis: Selong adalah nama daerah di Lombok Timur tempat kopi yang ada di dalam karya berasal. Kopi tersebut diolah sendiri dari kebun keluarga teman dan Ibunda yang memasak. Tipis, namun agak gosong adalah ciri khas kopi itu. Neon box memberikan nilai yang lain. Kota besar memanjakan mata oleh iklan dan spanduk di setiap sudut kota, dan aroma urban sangat kental. Pemakaian neon  box pada kopi Selong memberi pesan moral untuk memajukan daerah kecil dan mencintai hasil tanah air sendiri.

Dip – Fauzy Prasetya

Glazed stoneware, kayu, besi, kopi
32 x 34 x 16 cm
Sinopsis: Kalo lagi ngantuk banget, ada saat-saat dimana rasanya ingin nyebur ke dalam kopi. Kalo nanti saatnya tiba, saya membayangkan bentuk kolamnya akan seperti ini.

Coba Tanya Pada Generasi Kedua – Fransiscus Wulang Sunu

Kertas, lem
30 x 20 x 20 cm
Sinopsis : Kopi tidak melulu tentang rasa pahitnya. Salah buktinya adalah bapak generasi kedua Pabrik Kopi Aroma. Coba saja tanyakan padanya.

Run Up  dan  Jalur ‘Kopi’  – F.A. Indun

Run Up
Etching On Alloy Plate
Diameter 25 x 25 cm
Sinopsis : Bercerita tentang salah satu ‘rekaat’ sebelum kerja

Jalur ‘Kopi’
Etching On Papers
Variable Dimension
Sinopsis : Berangkat dari sejarah / asal muasal kata kopi di Indonesia, ditilik dari segi ekonomi dan sebutan nama lokal

About author

joker123malaysia pussy88 xe88 mega888official