Memperkenalkan segmen paling baru dari Podluck Podcast, namanya Survibe! Survibe merupakan singkatan dari Surabaya Urban Vibe, sebuah media digital yang diinisiasi oleh sekelompok muda mudi Surabaya yang akan merilis beragam konten seru seputar kota Surabaya, merespon segala dinamika menarik yang terjadi di dalamnya.
Saat ini sudah tersedia publikasi perdana dari SUR:VIBE yang bertajuk “Catatan Jembatan Masa” yang bisa kamu semua nikmati lewat link ini. Segmen podcast ini akan menjadi perpanjangan suara dari platform publikasi tersebut.
Di episode perdana ini kita semua diajak berkenalan dengan orang-orang di balik layar SUR:VIBE. Mereka adalah:
Dhahana Adi
Dhahana Adi Pungkas, begitu nama lengkapnya. Tapi penulis yang ikut membidani kelahiran radio 103.1 Gen fm Surabaya ini lebih karib disapa Ipung. Lajang penggemar Juventus ini merasa bertanggung jawab untuk menjaga dan mengenalkan potensi kota kelahirannya kepada siapapun terutama pada generasi muda. Itu semua agar mereka memiliki awareness dan sense of belonging pada kotanya. Sejumlah karya telah dihasilkan oleh arek Suroboyo kelahiran 12 Januari ini, antara lain: SURABAYA PUNYA CERITA volume 1 (2014), SURABAYA PUNYA CERITA volume 2 1/2 (2015), BONBIN DALAM KISAH DAN TJERITA (2017), INI BARU CIPO: Kumpulan Reportase Citizen Reporters Harian SURYA (2017). Karya-karya inilah yang turut mengantarkannya menjadi seorang interpreter narasi lokal Surabaya untuk sejumlah akademisi asing/lembaga asing/ekspatriat.
Nadia Seassi
Nadia sempat mengenyam pengalaman sebagai Asisten Manajer Proyek (APM) di Pruf Ritz Communications Hub, layanan bahasa dan komunikasi. Di kantor ini, Nadia belajar menjadi penerjemah tulisan dan lisan oleh pemilik perusahaan. Setelah bekerja hampir dua tahun, Nadia resign dari posisi APM karena ingin lebih fokus mendalami film, terutama bidang penulisan naskah film, sambil nyambi jadi penerjemah lepas. Kenapa penulisan film? Cita-cita Nadia penulis skenario film dan menurutnya, penulis skenario bagus sekarang langka, padahal itu peran vital.
Meskipun baru serius belajar 1,5 tahun belakangan, Nadia nggak mau anggap ini ‘terlambat’. Dengan geliat industri film yang tinggi belakangan ini, Nadia yakin bisa membuat orang Indonesia mencintai film-film buatan dalam negeri lewat tulisan yang smart & beautiful. Cita-cita besar Nadia yang lain adalah mendirikan sekolah film di Surabaya.
Fadhli Zaky
Fadhli Zaky mengawali kariernya sebagai freelance filmmaker untuk menyutradarai beberapa TVC dan film pendek, film-filmnya kebanyakan berbentuk dokumenter yang mengangkat isu sosial, yakni Jarwo (2017) yang mengangkat isu tentang mantan tukang kopi di eks-lokalisasi Dolly Surabaya yang kini berubah menjadi lebih baik dengan berjualan tempe. Empat Wajah Surabaya (2018) juga merupakan filmnya yang tidak kalah menarik, mengulas tentang kebudayaan empat etnis di Surabaya (Arab, Tionghoa, Jawa dan Madura) dengan bumbu toleransi dalam kehidupan multietnis.
Dibalik kesibukannya, Fadhli juga masih menyempatkan dirinya untuk terlibat di SUR:VIBE sebagai visual content producer yang memproduksi video singkat tentang profil tokoh-tokoh kreatif di Surabaya.
Ripta Paranoan
Lulus dari Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Kristen Petra Surabaya, jurusan television broadcasting, Ripta sempat bekerja di radio. Ia juga pernah menjadi dosen dan nomaden di Bali selama 2 tahun dengan bekerja sebagai PR & Community Supervisor untuk perusahaan hospitality management. Ripta meyakini bahwa ilmu komunikasi yang dipelajari,sangat bermanfaat dan multidisipliner di semua aspek kehidupan, termasuk membangun komunikasi dalam bidang pegiat kreatif, Ripta menemukan tantangan bagaimana cara mengomunikasikan dunia kreatif kepada masyarakat.
Survibe Episode 1 bisa kamu dengarkan lewat akun Podluck Podcast yang terdapat di aplikasi Spotify, Anchor, Soundcloud, iTunes, YouTube, atau aplikasi Podcast player lainnya di smartphone. Kamu juga bisa langsung dengarkan lewat Soundcloud di bagian paling atas artikel ini.