Kembali lagi di segmen Main Mata dari Podluck Podcast, di mana kamu bisa mendengarkan cerita-cerita bersama penulis seputar buku-buku maupun tulisan mereka, dan juga pembahasan soal buku-buku menarik yang direkomendasikan untuk kamu baca.
Di chapter keempat ini kamu ditemani oleh salah satu host Main Mata, yaitu Alia Makki alias Yaya, yang ngobrol-ngobrol dengan sastrawan kondang dan wartawan senior Martin Aleida. Seperti apa rasanya mewawancara om Martin? Simak keterangan dari Yaya berikut ini:
Martin Aleida, Pemenang penghargaan Cerpen Terbaik 2017 versi Kompas, adalah pendongeng yang mengantar saya beranjak dewasa. Selang empat-puluh tahun, bahkan saat usianya telah lanjut, beliau tetap produktif berkarya: beberapa minggu sebelum chapter ini dinaikkan, Kompas baru saja menerbitkan cerpen terbarunya dengan judul “Ziarah Kepayang”. Tahun sebelumnya, beliau malah menjelajahi Uni Eropa demi menemui narasumber untuk materi bukunya Tanah Air Yang Hilang.
Jujur, saya grogi. Saya grogi ketika menghubungi beliau lewat media sosial untuk membuat janji temu. Saya grogi selama mempersiapkan senarai pertanyaan yang menjadi titik tolak perbincangan kami. Tapi ketika beliau muncul di Ke:Kini, ruang kerja bersama di Cikini, beliau menabik dengan salam dan ciuman di pipi. Sikapnya yang hangat menguapkan setengah kegrogian saya. (Selanjutnya, sisa grogi berubah menjadi sikap pasrah yang digegaya sok-yakin.)
Pribadi hangat yang adalah kesan yang terus memancar dari beliau sepanjang percakapan kami yang merembet ke berbagai topik. Misalnya:
- Tentang keberanian beliau untuk menerbitkan tulisannya tak lama setelah beliau mengalami percikan trauma tahun 1966.
- Tentang stamina fisik beliau untuk tetap menulis selama ini.
- Tentang salah satu cerpen beliau yang memakan waktu empat tahun hingga selesai.
- Tentang efek samping dari peran kehidupan sebagai penulis beken.
- Mengenai kehangatan pribadi om Martin: Bagaimana caranya kita bisa tetap menjaga kehalusan pekerti ketika menghadapi kenyataan hidup yang keras?
- Pentingnya peran cerita fiksi sebagai pencatat sejarah sublim (tentang pemaknaan hidup tak diungkapkan oleh fakta, bung.)
- Tentang api kreativitas yang tetap menyala meskipun secara berkala dan berkali-kali diguyur haru
- Pertanyaan wajib semua pemerhati cerpen: Tentang proses menulis cerita yang kaya dan hidup. Martin membisikkan dua cara pakem yang dijamin bakal bikin tulisan kita lebih JRENG.
- Lanjutan dari pertanyaan di atas: Metode mencari pengalaman.
- Tentang kebiasaan sehari-hari yang menjaga kesehatan mental beliau untuk tetap tajam.
- Ternyata pesohor juga punya idola: Tokoh masyarakat yang dikagumi om Martin.
I couldn’t have asked for a better, or sweeter or heartfelt closing.
Main Mata Chapter 4: Martin Aleida – Pilihan Setiap Hari, bisa kamu dengarkan lewat akun Podluck Podcast yang terdapat di aplikasi Soundcloud, iTunes, YouTube, atau aplikasi Podcast player lainnya di smartphone kamu. Atau, bisa juga dengarkan langsung lewat Soundcloud di atas!