Buat kamu yang sudah beberapa kali ke Ubud pasti pernah bertulang ke sebuah museum pelukis asal Spanyol yang jatuh cinta pada Bali serta seorang penari Bali bernama Ni Ronji. Yups, The Blanco Renaissance Museum, memamerkan karya maestro Don Antonio Blanco yang meninggal dunia pada 10 Desember 1999. Di dalam gedung dua lantai bergaya Spanyol – Bali, puluhan karya yang kebanyakan sosok wanita tergantung manis di dinding berbalut frame yang juga dirancang sendiri oleh sang pelukis.
Bermodalkan IDR 30.000 di tangan, turis lokal dapat masuk, berhadiahkan sekuntum kamboja, disambut welcome drink ice coffee, dimanjakan warna-warni cantik beberapa burung yang bertengger di pohon (jangan takut untuk berpose bersama, mereka ramah dan bersahabat sekali, ga perlu repot – repot kunjungan ke bird park lagi deh hihi..), keliling museum yang alangkah amat sangat worth it sekali. Sedangkan turis asing perlu merogoh kocek lebih banyak, yakni IDR 50.000.
Sore itu asik sekali rasanya duduk – duduk di bangku taman menghadap air mancur yang terdapat persis di tengah halaman berumput hijau, kira – kira setengah jam lagi tepat pukul 17:00 WITA, museum akan tutup.
Bangunan di atas merupakan bangunan museum yang bergapurakan replika tanda tangan sang maestro. Sayangnya ga diijinkan jeprat – jepret di dalam museum.
Ruangan di pintu kanan adalah studio lukis Blanco, terdapat cat – cat, kuas, serta peralatan melukis lainnya yang dulu pernah digunakannya untuk melukis. Juga terdapat beberapa karya yang belum berpigura, beberapa foto keluarga, dan yang menarik hati miss Flamingo adalah tiga buah catalogue yang berada di atas meja. Menarik hati karena pada salah satu catalogue yang nampaknya sempat dicuri oleh pengunjung museum yang sepertinya kenal dengan Blanco ini, masih tertempel memo yang berisikan curahan hati sang ‘pencuri’. Isinya kurang lebih adalah penyesalan ‘pencuri’ karena telah berani mencuri si catalogue, merasa tidak pantas untuk memiliki catalogue tersebut meskipun sangat menginginkannya, akhirnya catalogue pun dikembalikan setahun kemudian.
Artikel ditulis oleh: Laugh on the Floor