Kopi Lombok

Masyarakat Lombok adalah orang-orang yang sangat fanatik dengan kopi, yang sudah menyatu dengan kehidupan mereka sehari-hari. Mereka nggak akan melalui satu haripun tanpa kopi, dan 90% orang Lombok selalu singgah di warung kopi dalam setiap perjalanan yang mereka tempuh.

kopilombok

Tapi meskipun mereka pencinta kopi, mereka juga pilih-pilih ketika minum kopi. Hanya kopi hitamlah yang mereka ijinkan untuk melalui kerongkongan mereka. Orang Lombok nggak suka kopi yang “aneh-aneh” seperti orang-orang di kota-kota besar.

Proses pembuatan kopi di Lombok itu nyaris sama dengan kopi Bali. Biji kopi pilihan mereka proses menjadi minuman tanpa campuran apapun, dan aromanya sangat khas, karena biji kopi di Lombok tumbuh di hutan yang masih alami.

Salah satu desa di Lombok yang menghasilkan kopi adalah Desa Prabe, yang diolah dan diracik sendiri oleh masyarakat Sasak. Desa Prabe yang terletak di Kecamatan Narmada, Lombok Barat ini, sudah menjadi salah satu desa penghasil kopi terbaik sejak tahun 1977.

Masyarakat di desa ini rata-rata bekerja sebagai petani kopi. Kondisi alam yang masih terjaga dan ekosistem hutan yang masih utuh membuat kopi dari daerah ini mempunyai kualitas terbaik di Nusa Tenggara Barat.

Salah satu petani sekaligus pengusaha kopi dari Desa Prabe ini adalah Pak Tirtawan. Padahal, dulunya pak Tirta adalah seorang pengusaha singkong. Pak Tirta sendiri sebenarnya sejak usia 12 tahun sudah membantu orangtuanya menanam kopi. Ketika itu, mereka masih tinggal di Desa Batu Mekar, salah satu bekas Kerajaan Prabe, Kecamatan Lingsar. Saat itu, Prabe memang hanya dihuni oleh para anggota kerajaan.

Karena sudah berkecimpung di dunia perkopian sejak usia sangat muda, Pak Tirta mengatakan bahwa dirinya mampu membedakan antara kopi yang asli dan yang tidak, meskipun dirinya nggak bisa menjelaskan, kopi yang enak itu seperti apa rasanya. Sebagian besar kopi dari Desa Prabe adalah kopi berjenis Robusta, dan sebagian lagi kopi Arabika. Keaslian kopi, menurut Pak Tirta, tergantung dari kematangan biji kopi itu sendiri. Biji kopi yang matang dengan sempurna akan menghasilkan aroma kopi yang sempurna juga.

Tirtawan, pria asli Lombok kelahiran tahun 1963 ini sudah mulai bergerak di bisnis kopi sejak tahun 2005, dan dia merintisnya bersama 18 anggota masyarakat Desa Prabe. Kelompok ini diberi nama “Mule Paice”, dan awalnya mereka yang ingin membantu ekonomi keluarga masing-masing. Tapi lama kelamaan menjadi sumber pendapatan keluarga, termasuk untuk membangun rumah dan membiayai sekolah keempat orang anaknya. Tirta nggak akan berhenti menjadi petani kopi, meskipun dirinya mengaku terkadang lelah, karena, “Kalau berhenti, saya nggak bisa makan. Desa Prabe nggak akan hidup tanpa kopi, jadi kopilah yang paling besar jasanya dalam membantu perekonomian kami.”

Sumber: mellabonews dan kopilombok

[EVENT] Mondo A Go Go!

Seperti yang sudah Kopling ceritain lewat artikel Menembus Batas Melalui Musik, pengaruh barat terhadap dunia musik Indonesia sudah sangat kuat sejak akhir tahun 50’an. Bisa ...
joker123malaysia pussy88 xe88 mega888official