Membangkitkan Kenangan Dalam Sebuah Kaset

Kamu yang besar di tahun 90an pasti inget dong dengan salah satu alat perekam lagu yang dulu happening banget tapi sekarang udah menghilang dari peredaran karena perkembangan teknologi: kaset. Coba deh, siapa yang dulu nggak pernah nyoba ngerekam lagu top 40 yang ada di radio lewat kaset? Atau, siapa yang dulu suka ngasih kaset kompilasi lagu buat gebetan? Hehehe…

Kerinduan akan mendengarkan musik melalui kaset ini ternyata membangkitkan niat para kolektor dan pencinta rilisan fisik di Bandung. Tanggal 7 September 2013 kemarin mereka baru aja pertama kali menggelar kegiatan bernama Cassette Store Day (CSD).

DSC_0286

Lapak berukuran 10 x 10 meter disulap menjadi tempat bagi para pengunjung yang hobi terhadap kaset di Taman Bawah Jembatan Pasupati Balubur, Kebon Bibit- Kota Bandung. Tapi, siapa sangka perayaan seperti ini juga termasuk digelar di beberapa negara seperti Inggris, Amerika Serikat dan Jepang lho. Dengan membawa semangat membangkitkan kenangan dalam musik yang tertuang dalam sebuah kaset, nggak heran bila CSD ini dimaknai sebagai perayaan rilisan fisik yang menyenangkan, murah dan mudah diakses. Bahkan hingga di era digital seperti sekarang ini.

DSC_0295DSC_0279

“Untuk acara Cassette Store Day memang baru sekarang digelar. Dulu pernah kita buat, tapi tidak dengan nama yang sama. Ya, bisa dibilang tradisi ini ngga pernah hilang di Bandung,” kata Ucok “Homicide” dari Grimloc Record saat diajak ngobrol.

Ucok menambahkan, hampir setiap minggunya di kawasan Cikapayang, Bandung, ia dan rekan-rekannya membuka lapak seperti saat ini. “Tanpa CSD juga sudah ada. Tapi, kita merasa antusias untuk acara ini besar sehingga kita buat acara yang sama,” ungkapnya.

Oh iya, Grimloc Records yang merupakan salah satu label indie asal Kota Bandung  ini juga merilis tiga album. Tiga album tersebut adalah mini album pertama milik The Brutalist School, album Reunion milik band Balcony, dan album Dorr Darr Gelap Communique dari band Hark! It’s A Crawling Tar-Tar.

DSC_0277

“Untuk bisa membuka lapak kita ngeluarin modal sekitar Rp1,5 juta,” ujar Ucok bersemangat. Soalnya uang yang dibutuhkan untuk memproduksi kaset memang nggak sedikit. Selain itu, promosi juga tetap harus dilaksanakan.

Lalu, apa yang membuat acara CSD menjadi cukup fenomenal? Ternyata, meskipun sekarang ini kita udah memasuki era yang serba digital, masih banyak band di berbagai negara termasuk Indonesia yang masih memproduksi albumnya menggunakan tape. Ucok berpendapat, hal tersebut nggak bisa dipungkiri dari terlihatnya para penggemar yang masih cukup banyak menggandrungi kaset. “Penggemar kaset masih banyak. Sebab, ada karakter yang nggak hilang dari kaset. Ada rasa kepuasan tersendiri dibanding ngedengerin dari mp3. Kaset itu ngga cuma didengerin, bisa dibaca dilihat bahkan dicium baunya,” paparnya.

Perayaan CSD sendiri memiliki cerita yang menarik. Sebelum membuka lapak, teman-teman label record berpatungan membeli mesin Duplicating Cassette. Itu terjadi saat Februari 2012 lalu. Di mana satu-satunya mesin pengganda kaset di Bandung udah nggak bisa lagi memproduksi.

DSC_0264

“Kawan-kawan yang ada disini patungan mesin duplicating. Selain record label ada juga yang dari distro. Nah, sudah dibeli mesinnya kita bingung mau diapakan. Akhirnya sejak Februari kita pakai untuk memproduksi kaset. Akhirnya, karena ada momen seperti ini mesin tersebut kita pergunakan lagi,” bebernya.

Selain itu, tambah Ucok, acara ini juga bertujuan untuk memperkenalkan kaset kepada generasi muda yang nggak ernah merasakan merdunya alunan lagu yang diputar melalui kaset.

“Kita juga ingin ngebuat teman-teman yang besar di pertengahan 2000 lebih tau tentang kaset. Kaset sendiri apresiasi sama musiknya tinggi,” tegasnya.

 

Ditulis oleh: Huyogo Simbolon | @hugosihugo | aumansinga.blogspot.com

About author

Terapi Seni

“Art works on a different level of conscientiousness,” she explained. “If images keep showing up, you can delve deeper into what they mean.” Seni atau ...
joker123malaysia pussy88 xe88 mega888official