Siapa pernah berkelana di Petak Sembilan? Daerah yang kemungkinan sekarang sudah agak banyak didengar oleh banyak orang karena ke-eksotis-an pecinan di tengah ricuhnya kota Jakarta. Letaknya tepat di belakang area Glodok, daerah yang dulunya adalah kawasan dagang Batavia. Daerah ini juga terkenal sekali dengan wisata kulinernya, dari kudapan, makanan berat, sampai minuman, semuanya tersedia disini. Satu hal yang membuat kuliner di daerah ini unik adalah latar tempat sebuah pasar. Berbeda dengan kuliner-kuliner Jakarta yang kebanyakan bertengger di mall atau ruko.
Ketika berjalan-jalan pagi memasuki Gang Gloria banyak sekali penjaja makanan yang ribut menyodorkan menu ke saya. Dari bakut, bakmie, cakwe, kue-kue cina, dll. Tpi ada satu hal yang membuat saya berhenti, sebuah kedai kopi di dalam sebuah gang pasar sempit. Oh, iya sebelumnya saya adalah seorang pecinta kopi.
Kembali lagi ke kedai tersebut, namanya Kopi Es Tak Kie. Jangan kaget ketika memasuki kedai ini, di dalamnya hanya terdapat menu kopi saja, sedangkan untuk menikmati sarapan kalian harus membeli makanan dari luar. Tapi kalian bisa kok duduk di dalam kedai ini. Betul, kedai ini adalah sebuah kopi tiam di mana masyarakat sekitar duduk dan saling ngobrol bareng sambil sarapan.
Pertama kesana saya sendiri, tapi suasana “tiam” nya sendiri sangat kental, sehingga saat saya mau merokok lantas pengunjung di bangku belakang menyulutkan korek dan akhirnya kita ngobrol banyak. Kunjungan kesekian kali di Kopi Es Tak Kie ini membuat saya sudah terbiasa dengan lingkungannya. Kali ini saya menggambar karena ingin mempelajari tentang “apa-apa” toko ini. Saking kentalnya suasana “tiam” disini langsung saja saya ditemani oleh Pak Latief. Dia adalah owner dari Kedai Tak Kie ini, ia menceritakan panjang lebar soal kedainya, ia selaku generasi ke-tiga dari Kedai tua ini.
Kopi Es Tak Kie ini berdiri sejak tahun 1927. Pada saat itu Kopi Es Tak Kie ini adalah usaha kecil sepeda kopi yang dijalankan oleh Liong Kwie Tjong, yang tidak lain tidak bukan adalah kakek dari Pak Latief. Sekitar tahun 50-an lah baru menjadi sebuah Kedai. Toko ini buka hanya pada jam sarapan hingga jam dua siang.
Saya ada rekomendasi yang mungkin kedengarannya agak aneh. Ketika kalian ke sana, pesan lah Es Kopi Susu (Rp 11.000,-/Gelas), lalu beli juga cakwe (Rp 2500,-/bh). Nah ini lah yang biasa saya lakukan kalau kesana, Es Kopi Susu selain jadi minuman saya jadikan “celupan” untuk cakwe. Memang aneh, tapi kombinasinya menghasilkan rasa yang khas dari Petak Sembilan. Sebenarnya ini tips lama dari Pak Latief. Silahkan coba !
Artikel oleh: Nugraha Pratama
Foto oleh: Naratama Pradipta