“People think dreams aren’t real just because they aren’t made of matter, of particles. Dreams are real. But they are made of viewpoints, of images, of memories and puns and lost hopes.”
– Neil Gaiman
Siapa pun kita, pasti kita punya mimpi. Bukan sekedar “mimpi” yang berarti keinginan atau harapan, tapi juga mimpi di malam hari atau di saat kita tidur. Beberapa orang mengaku nggak pernah bermimpi, padahal semua orang sebenarnya pasti pernah dan sering bermimpi, tapi masalahnya nggak semua orang ingat bahwa dia bermimpi.
Mimpi yang indah adalah salah satu bagian yang menyenangkan dari tidur. Nggak usah bingung-bingung cari tafsir mimpi juga sih, apalagi kalo mimpinya jelek. Nikmati aja. Anggap aja kita lagi bertualang ketika kita mimpi…
Klara Gosova adalah perempuan yang punya mimpi dan mewujudkannya mimpi-mimpinya. Bukan hanya mimpi yang dialaminya ketika dia tidur, tapi juga ketika dia terjaga. Berasal dari Brno, Cekoslovakia, dia punya mimpi untuk menjadi ini dan itu dan mewujudkannya. Pada usia 20 tahun, dia masuk sekolah seni, jadi operator ski-lift, jadi nelayan, jadi seorang ibu – dan jadi seorang seniman. Mimpi-mimpinya yang terus menjadi kenyataan membuatnya terus menyeberang dunia mimpi dari dunia nyata, dan dalam karyanya dia mengungkapkan sekaligus menutupi perjalanan-perjalanannya itu.
Saat ini Klara tinggal di Seattle, mempunyai seorang suami dan 2 orang anak. Di rumahnya, semua kegiatan yang ada di sana selalu tentang seni: membuat patung, musik, melukis, membuat kolase, instalasi, membuat video, dan seni lainnya. Seni di rumah Klara tinggal seperti orang-orang liar yang tinggal gratis, dan tidak bisa diusir.
Klara juga mendirikan NEPO 5K Don’t Run, yaitu sebuah kegiatan gerak jalan yang diikuti oleh banyak artis dan seniman lokal. Selain itu, dia juga sering mengadakan pameran seni di rumahnya. Seni dan pertunjukan sering digelarnya di samping toilet, di dekat tong sampah, di kamar mandi. Rumahnya sendiri disebut sebagai NEPO House.
Klara jelas-jelas menggunakan rumahnya sendiri sebagai tempat untuknya merefleksikan makna seni secara radikal. Akrab, namun nggak egosentris, personal sekaligus kolektif. Karya Klara nggak pernah menjadi pusat perhatian di setiap acara yang dibuat oleh NEPO, karena semua seniman yang terlibat diijinkan untuk memamerkan karya mereka secara adil.
Kembali ke soal mimpi. Ketika kita mimpi, kita sering mengalami dan melihat hal-hal yang menurut kita nggak masuk akal kan? Begitupun dengan karya-karya Klara. Kalau kita melihat karya-karyanya kita serasa diajaknya memasuki alam mimpinya. Kadang ada keliatan seram, ada yang manis. Karya-karya Klara dan mimpi-mimpinya sebenarnya adalah perwujudan dan refleksi dari paham feminisme yang dianutnya dan perannya sebagai seorang ibu.
Seperti halnya kita nggak usah pusing-pusing mengartikan mimpi dan cukup dinikmati aja, begitupun ketika kita menikmati karya-karya Klara yang terkesan misterius dan “menggantung”. “Aku kadang merasa tertarik oleh 2 hal yang berbeda: dunia nyata dan dunia mimpi.”
Karla membuat keputusan yang baik. Dia membuat seni di dunia nyata berdasarkan apa yang dialaminya dan dilihatnya di dunia mimpi.