Ketika kita mendengar nama “Uganda” apa yang ada di kepala kita? Idi Amin, mantan diktator Uganda? Hmmm… ternyata negara di timur benua Afrika ini juga salah satu negara penghasil kopi terbesar di dunia, lho. Cuma banyak yang belum tau aja. Pada tahun 1989 aja produksi kopi di Uganda udah melebihi kuota, tapi sayangnya jumlah biji kopi yang mereka ekspor masih terbentuk dengan masalah ekonomi dan keamanan, jadinya jumlah kopi yang berlimpah itu diselundupkan melalui negara-negara tetangganya.
Para petani kopi di Uganda menanam biji robusta di perkebunan coklat, karena produksi coklat terus menurun sejak tahun 1970. Baru kemudian di tahun 1991 ada sebuah badan pemerintah yang dibentuk untuk membebaskan perindustrian kopi.
Biji robusta di Uganda tumbuh di daerah perhutanan Kibale. Sejak tahun 1999 sampai 2002 kopi ini sudah diupayakan menjadi kopi jenis unggul, sampai akhirnya meraih sukses di Amerika. Hasil penjualan kopi itu juga dipakai untuk mendanai aktivitas di konservasi kopi. Proyek ini disebut Kibale Wild Coffee Project. Pencetus awalnya sebenarnya adalah Uganda Coffee Trade Federation, tapi kemudian diambil alih oleh sebuah yayasan non-profit dari Amerika yang bernama Kibale Forest Foundation. Proyek ini kemudian dikembangkan oleh USAID, sementara pendananya adalah Ford Foundation. World Bank Global Environment Facility juga ikutan nyumbang uang sebesar $750.000. Sertifikasi organiknya dikeluarkan oleh sebuah perusahaan di Swedia. Jadi memang sebenarnya industri kopi di Uganda ini sangat potensial sih, sampai banyak yang mau bantu.
Tetangga dari Rwanda dan Kenya ini biji kopinya sampai sekarang memang belum terkenal, meskipun jumlah produksinya banyak. Ini disebabkan karena kurang kondusifnya perdagangan dan teknologi. Sayang banget ya? Jadinya, orang-orang di dunia perindustrian kopi nggak memandang Uganda sebagai produser kopi yang berkualitas, seperti Ethiopia dan Rwanda. Selain ini, juga nggak ada transparansi dalam bisnis mereka, jadinya agak susah untuk dipercaya ya…
Untuk menjadi maju memang banyak faktor yang dibutuhkan sih. Potensi aja nggak cukup, kalau nggak punya kemampuan lainnya. Dan yang nggak kalah pentingnya sama potensi adalah kejujuran dalam bersikap. Hal ini nggak cuma berlaku dalam skala sebuah negara yang besar seperti Uganda, tapi juga kehidupan perorangan. Kita. Sekarang kita jadi mengerti kan, kenapa ada orang yang sebenarnya potensial tapi nggak maju-maju juga? Mungkin memang harus ada hal lain yang harus dibenahi dulu ya, kalau memang mau sukses…
Sumber gambar: thingsanarchistlike