Cowok (straight) mana pun pasti nggak ada yang nggak suka sama cewek seksi. Iya kan? Meskipun kriteria “seksi” itu sendiri beda-beda, tapi tetap saja ketika mendengar kata ” cewek seksi”, yang pertama kali terlintas di kepala adalah bayangan cewek yang bertubuh aduhai. Nggak terlalu kurus, nggak terlalu gemuk, dan semuanya serba pas.
Pendapat tentang cewek seksi ini dipatahkan oleh Adam Green, seorang seniman asal New York. Adam yang awalnya berkecimpung dalam dunia musik dan sudah merilis 7 solo album ini kemudian merambah ke dunia sinematografi dan seni visual lainnya, termasuk menggambar. Dan salah satu proyeknya yang diberi nama “Hot Chicks” awalnya dibuat untuk menggoda teman-temannya, tapi nyatanya gambar yang dibuatnya dengan crayon itu malah jadi sesuatu yang sangat “berisik”.
Apresiasi terhadap tubuh perempuan yang seksi jadi berubah dalam karya-karya Adam dalam Hot Chicks ini. Nggak cuma berbentuk gambar, Hot Chicks juga hadir dalam bentuk papier-mache, atau sejenis patung yang terbuat dari kertas yang dihancurkan dengan air. Yang digambarkan pun nggak cuma perempuan muda, tapi perempuan dari segala golongan, mulai dari penari telanjang, sampai ke ibu rumah tangga. Ada ironi sekaligus rasa humor yang tinggi dalam setiap karyanya. Hot Chicks ini seakan menggambarkan mimpi basah setiap cowok puber yang sensual, sekaligus naif. Dalam pamerannya, Adam mengundang beberapa temannya sesama seniman seperti Dustin Yellin, Devendra Banhart, Alia Shawkat, sampai Macaulay Culkin untuk ikut menyumbangkan karyanya dalam serial ini.
Hot Chicks sendiri lahir ketika pada suatu hari Adam dan anggota band lainnya harus transit di sebuah bandara. Adam lalu mulai menggambar 10 orang perempuan, dan keisengannya itu dilanjutkan ketika mereka sudah duduk dalam pesawat. Salah seorang pramugari melihatnya dan memuji karyanya itu. Tentu saja Adam senang mendengarnya, dan bertambah semangat untuk lebih banyak menggambar.
Adam mengaku bahwa inspirasinya datang dari banyak hal dan banyak orang, termasuk Paul Thek yang terkenal dengan digital flesh cubes-nya. Adam nggak menyangkal bahwa dirinya punya jiwa yang sangat kekanak-kanakan. Anak laki-laki kecil yang berpikiran cabul, tentunya. Dan “anak kecil” itu butuh berekspresi dengan cara menggambar. “Expressionism is in my heart, you know?” ujar Adam.
Adam mengakui bahwa kebanyakan orang ketika diminta untuk menggambar tubuh perempuan, mereka biasanya menggambar sosok yang menjijikkan dan jarang yang menggambar perempuan yang cantik. Ukuran dadanya biasanya lebih besar dari ukuran normal, dan sebagainya.
Adam Green memang seniman yang serba bisa. Karir musik dan lukisnya berjalan seimbang. Sejak tahun 2005 dirinya sudah mengadakan pameran di mana-mana, termasuk di Stockholm. Baginya, musik dan seni lukis itu sama penting dan sama menariknya.
“You know how people are always looking for a unifying theory? I was looking for a unifying theory of artistic expression. I was trying to create some kind of fluidity within my music, art, writing. If you listen to my songs, you see they’re kind of cartoonish. I try to make songs like my paintings. When creating my movie, I tried to create more of a song.”
– Adam Green
Website: http://www.adamgreen.info
Twitter: @averagecabbage