Banyak yang bilang hidup ini hanya ilusi. Hmmm… tapi apa arti kata “ilusi” yang sebenarnya sih?
Kalo menurut wikipedia:
An illusion is a distortion of the senses, revealing how the brain normally organizes and interprets sensory stimulation. While illusions distort reality, they are generally shared by most people. Illusions may occur with more of the human senses than vision, but visual illusions, optical illusions, are the most well known and understood. The emphasis on visual illusions occurs because vision often dominates the other senses.
Jadi ilusi itu terjadi ketika pandangan mata kita terkecoh. Contoh gampangnya itu film horor atau sulap. Nggak mungkin dong ada burung dara bisa keluar dari topi? Kalo mau menikmati ilusi yang nikmati aja, nggak usah dipikirin caranya gimana bisa begitu.
Tapi, ini ada sebuah ilusi menarik yang Kopling mau ceritain gimana sampe bisa terlihat “kayak gitu”.
Ada seorang seniman asal Argentina yang sering ngebuat visual ilusi 3 dimensi, namanya Leandro Erlich. Karya terbarunya yang bernama “Dalston House” bisa diliat di Ashwin Stret di Hackney, Inggris. Dalston House ini adalah salah satu bagian dari 2013 London Festival of Architecture.
Yang dibuat oleh Leandro ini adalah rumah-rumahan kayak rumah-rumah di film dengan gaya Victoria, lengkap dengan pintu jendela, teras, dan lain-lain. Rumah ini dikasih cermin, sehingga kalo para pengunjung duduk, rebahan, atau berdiri di permukaan horizontal mereka keliatannya gelantungan di rumah itu, atau seperti jalan di langit-langit rumah. Ilusi itu tercipta karena cermin itu. Disebut “Dalston House” karena Ashwin Street ini letakknya deket Dalston Junction. Tanah yang dipake untuk buat rumah itu adalah sebuah petak tanah yang udah nggak dipake lagi dan udah kosong sejak kena bom di Perang Dunia II.
Para pengunjung punya peran penting dalam membuat instalasi ini keliatan hidup. Tanpa ada manusia di situ, nggak akan keliatan di mana uniknya rumah ini. Karya Leandro Erlich yang pindah-pindah dari Buenos Aires dan Paris ini terinspirasi karya-karya Alfred Hitchcock, David Lynch, Luis Buñuel, dan Roman Polanski yang menurutnya menggunakan keseharian sebagai panggung untuk menciptakan dunia fiktif melalui pendekatan dan tipuan psikologis.
Menarik ya? Hmmm… Jadi kepikiran lagi tentang kata “ilusi”. Mungkin ilusi yang sering kita alami adalah kita ketemu orang yang penampilannya keren banget, nggak taunya dia sebenarnya nggak punya uang. Atau ada orang yang keliatannya bodoh banget, tapi ternyata dia pinter dan berprestasi. Ada kutipan yang menarik tentang ilusi nih:
“If it looks real and feels real, do you think it matters if it’s real?”
– Daniel Nayeri,
Jadi mungkin bener kalo dunia ini penuh ilusi. Selama hal itu menyenangkan dan memberi pengaruh positif, kenapa harus dipikirin bahwa ilusi itu nyata atau nggak? Lalu ketika ada sesuatu yang buruk, dengan pemikiran bahwa di dunia batas antara nyata dengan ilusi itu samar, anggap aja itu hanya ilusi. Toh di dunia ini nggak ada yang permanen kan?
Atau, bisa jadi, kita adalah bagian dari ilusi itu sendiri…