#HASHTAG: a Group Artshow

HASHTAG-INSTA-Poster

#Hashtag

A Group Exhibition

Arswandaru Cahyo
Andhika Wicaksono
Edgar Degas
Kahfi Eska Yusac
Okta Samid
Ryan Ady Putra

Curated by Tommy F Awuy

Officiated by Sarasdewi

Saturday, October 18, 2014
7 pm

Philo Art Space
Jl Kemang Timur 90 C
South Jakarta 12730
Indonesia
m: +62 811 10 60 47
t/f: +62 719 84 48
w: www.philoartspace.com

The exhibitions runs through Wednesday, November 5, 2014

Hashtagging #Hashtag

Bagaimana kita mengenal tanda dalam kehidupan sehari-hari dan atas tujuan serta intensi apa kita membutuhkan penandaan? Hashtag merupakan variabel baru dalam bahasa, sebagai sebuah turunan atau pengembangan cara berkomunikasi. Sebuah penandaan untuk berkomunikasi yang memuat atensi, jembatan sosial, serta kebutuhan akan afirmasi diri. Hashtag pun juga merupakan tanda bagi kekurangan akan perhatian dan kepedulian yang lebih besar terhadap diri untuk diperhatikan sebagai pusat, sehingga hashtag menandakan kebutuhan berlebih sang pengguna atas dirinya sendiri, hingga kemungkinan untuk berdialog dalam sebuah komunikasi dapat dipertanyakan kembali.

Keharusan pengembangan kode (kodifikasi) dari komputerisasi dan kemajuan teknologi informasi atau kemudahan bagi tanda sebagai fasilitas cultural global bertemu dalam subjektivitas pengguna hashtag. Adaptasi manusia terhadap teknologi yang dilihat dari sistematika yang mekanis antara manusia yang melihat nilai guna hashtag sebagai nilai tukar efektivitas dari kemudahan manusia mengakses informasi (hashtag sebagai tanda efisiensi dan pengerucutan data secara lebih tepat) atau pemberian jarak terhadap penggunaan teknologi tersebut di dalam nilai tanda. Hashtag hadir sebagai nilai simbolik atas kepuasan semu untuk mendapatkan atensi.

Kondisi kaum urban dewasa ini menunjukkan dengan sangat gamblang akan kebutuhan mereka atas atensi dan afirmasi diri. Melalui sarana berbagai media sosial hashtag digunakan sebagai semacam jalan pintas untuk memperkenalkan diri. Bahasa baru dalam ranah simbolik ini pun kemudian memunculkan fenomena oposisinya, bahwa ketika telah mencapai afirmasi publik yang dirasa cukup maka anti untuk menggunakan hashtag, hasrat akan kekurangan diri tadi seolah tercukupi. Negasi akan hadirnya hashtag ini pun kemudian justru semakin memperkuat kehadiran hashtag di ranah simbolik.

Kami berusaha untuk merespon sebuah fenomena aktual yang muncul dalam kehidupan kaum urban. Sebuah kodifikasi atau metode bahasa baru kaum urban untuk saling menunjukkan eksistensinya. Hasrat baru kaum urban untuk mempertegas dan seolah ingin merapikan berbagai hal yang berserakkan dalam kehidupan urban yang chaos. Gejala dan keresahan ini kami rasakan sangat perlu untuk dituangkan dalam bentuk karya visual yang komunikatif. Sehingga mampu mengajak pengapresiasi untuk membuka diskursus tentang sesuatu yang sesungguhnya tidak asing bagi kita, dengan balutan gaya visual yang segar dan muda dari kami.

About author

joker123malaysia pussy88 xe88 mega888official