Presiden kita yang pertama ini adalah seorang pencinta seni. Gedung MPR/DPR, Gelora Bung Karno, Jembatan Semanggi, dan Masjid Istiqlal adalah beberapa dari warisan Bung Karno dalam bentuk seni arsitektur. Padahal di jaman itu, banyak orang yang belum terpikirkan untuk membuat bangunan dengan bentuk seunik itu, bukan?
Belum lagi Patung Selamat Datang, Patung Dirgantara, atau yang lebih dikenal dengan nama Patung Pancoran. Menurut seorang seniman kepercayaan Bung Karno ketika itu, Bung Karno tidak hanya mementingkan fisik dari bangunan atau patung yang ingin dibuatnya, tapi juga makna filosofisnya. Patung Dirgantara itu adalah doa Bung Karno untuk Jakarta, agar Jakarta menjadi kota yang tidak hanya besar dalam arti harafiah, tapi juga besar dengan kebanggaan rakyat Indonesia.
Darah seni Bung Karno yang kental itu adalah warisan dari ibunya, Ida Ayu Nyoman Rai, yang masih keturunan Raja Singaraja dan memang berdarah seni. Dan Bung Karno pernah mengatakan bahwa kalau tidak menjadi presiden, profesi kedua yang dipilihnya adalah menjadi seorang pelukis. Ternyata emang banyak ya pemimpin dunia yang berdarah seni.
Saat Bung Karno diasingkan sebagai tahanan politik di Ende, Flores, Bung Karno menghabiskan sebagian dari waktunya dengan melukis.Kisahnya di Ende juga yang membuat monumen Bung Karno didirikan di sini. Dalam salah satu lukisannya, tergambar empat orang yang berdoa bersama dengan kepercayaannya masing-masing di depan sebuah pura Bali. Sebuah gagasan persatuan bangsa yang tertuang dalam keindahan lukisan.
Bukan hanya lukisan, Bung Karno juga menghasilan 13 naskah drama, atau yang ketika itu disebut dengan “tonil” selama di Ende – dan karyanya itu sempat dipentaskan di Gedung Imakulata, milik Paroki Katedral Ende. Sama seperti lukisannya, tonil-tonil karya Bung Karno dijiwai semangat, ide, dan gagasan yang mulia yang ditujukan kepada rakyat Indonesia.
Nama Bung Karno juga masuk ke dalam daftar “10 Kolektor Indonesia Paling Berpengaruh” versi majalah Visual Art no. 22. Koleksinya beragam dan sering kali Bung Karno terlihat lama memandang sebuah lukisan.
Bung Karno bukan saja seorang seniman lukis, tapi juga seorang penikmat seni rupa sejati. Lebih dari itu, ia juga seorang kritikus seni rupa sekaligus kurator yang andal. Jejak-jejak kesenimanan Bung Karno, bisa kita nikmati dalam sejumlah buku yang mengabadikan koleksi lukisan Bung Karno.
Pada suatu hari, Bung Karno pernah mengatakan kepada ajudannya, Bambang Widjanarko, “Bambang, aku tahu betul bahwa banyak aliran dalam lukisan, dan setiap aliran mempunyai pengikut dan pengagumnya. Aku sendiri senang pada naturalisme, khususnya yang menonjolkan keindahan, apakah itu manusia, makhluk hidup, ataupun benda mati.”
“Setiap orang selalu ingin menunjukan kebaikan ataupun keindahan dirinya, dan setiap benda betapa pun kecilnya mempunyai keindahan pula. Aku senang melihat dan menimati keindahannya itu, keindahan yang dianugerahkan Tuhan kepada yang diciptakanNya.”
Mengenai kesenangannya terhadap lukisan-lukisan perempuan cantik, Bung Karno menerangkan, “Aku memang dilahirkan dengan sifat yang demikian, dan aku tidak memungkirinya. Bahkan aku mensyukurinya karena itu pemberian Tuhan. Tuhan memang menciptakan wanita penuh dengan keindahan. Aku kira setiap laki-laki normal pasti senang melihat wanita cantik atau senang melihat keindahan yang ada pada diri wanita itu.” Mungkin memang inilah pandangan setiap laki-laki yang melihat perempuan sebagai objek seni.
Bung Karno mempunyai ratusan bahkan mungkin ribuan lukisan. Tapi kira-kira kemana yang semua lukisan itu sekarang?
Sumber: rosodaras.wordpress.com dan damniloveindonesia.com