Kekurangan Bukan Alasan

Nggak selamanya julukan “istimewa” itu adalah sesuatu yang menyenangkan. Para pemilik autisme, misalnya. Penyakit yang nggak mengenal ras, etnik, kelas sosial ini menjadi salah satu momok bagi banyak orangtua hari ini, karena setiap 150 anak yang terlahir ke dunia, satu di antaranya adalah pengidap autisme.

AUTISM-cover

Ada sebuah buku yang dibuat untuk merayakan autisme ini, dan melihat sisi artistik para penderita autisme dalam mengekspresikan diri mereka. Dibuat oleh 50 penderita autisme dari seluruh dunia, buku yang sangat cantik ini dibandrol dengan harga yang relatif nggak murah ini, $25, hasil penjualannya disumbangkan untuk mendukung bakat seni para penderita autisme.

02-F-Imaginary-City-Map_900

03-EM-Dancing-With-the-Dog_900

05-CDT-The-Death-of-Love

10-DB-Vogels_900

Buku ini diharapkan akan membuka mata para pembacanya, bukan hanya melalui gambar-gambar yang ada di sana, tapi juga melalui komentar yang mereka tulis tentang gambar yang mereka buat. Seperti seorang penderita autisme yang gambarnya dimuat dalam buku itu, dia menuliskan, “Duniaku nggak pernah berubah, setiap hari semuanya tetap sama. Aku menyukainya. Rumahku juga tetap rumah yang sama. Aku menyukai diriku sendiri, dan aku menyukai kehidupanku dalam rumahku.” Luar biasa, bukan? Berapa orang yang terlahir “normal” dan mampu untuk mencintai dan menikmati hidupnya sendiri seperti itu?

Halaman pembuka dalam buku ini ditulis oleh Temple Granding, seorang ilmuwan binatang sekaigus penasehat autisme, dan Daniel Tammet, seorang penderita autisme yang mampu menguasai bahasa Islandia hanya dalam waktu seminggu. Sayangnya, buku ini belum diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia, meskipun dalam dibeli secara online.

***

download

Sementara itu, ada juga seorang pelukis yang bernama Richard Davis. Ketika berusia 9 tahun, Richard mengalami kecelakaan mobil dan sejak itu dia menderita epilepsi. Saat ini, Richard sudah berusia 51 tahun dan menerbitkan sebuah buku yang berjudul “The Unpredictable”. Buku ini berisi lukisan-lukisannya yang menjadi obat bagi penawar rasa sakit dan depresinya selama masa pengobatan.

download-(1)

download-(2)

Penderitaan David nggak cuma karena epilepsi, karena pada bulan April 2013, dia juga didiagnosa dokter mengidap kanker di ginjalnya. David yang adalah mantan guru seni di Burean Academy, nggak berputus asa dan tetap berkarya. Dia juga nggak malu akan penyakit epilepsi yang dideritanya, dan itulah yang digemakan dalam “The Unpredictable”.

Kalau kamu terlahir dengan kekurangan, jangan pernah putus asa, karena hidup itu selalu adil. Kamu pasti punya kelebihan yang tidak dimiliki oleh mereka yang terlahir “sempurna”. Masalahnya, maukah kita bersyukur untuk yang kita miliki dan menggali kelebihan kita, untuk menutupi kelemahan kita?

Sumber gambar:graphicart-news.com

Art Garden Singapore Pt 2

Kembali lagi di acara pameran Art Garden yang diadakan oleh Pemerintah Singapura di Singapore Art Museum (SAM) at 8Q! Kalau di cerita sebelumnya saya menulis soal kegiatan ...
joker123malaysia pussy88 xe88 mega888official