Saya lebih percaya pada “ketulusan” niat orang-orang yang pergi ke warung kopi ketimbang mereka yang ke coffee shop. Kenapa? Karena orang-orang yang ke warung ngopi tujuannya memang untuk ngopi, sementara orang-orang yang ke coffee shop rata-rata tujuan utamanya bukan untuk ngopi, tapi untuk kerja atau meeting. Nggak ada yang salah sih, cuma istilah “ngopi” jadi kabur maknanya.
Sebelum saya memasang wi-fi di rumah, terus terang saya memang hampir setiap hari ke sebuah coffee shop untuk bekerja. Wi-finya kenceng, tempatnya sepi, ber-AC, dan musiknya enak. Dan terus terang juga, saya nggak banyak mesen minuman. Mesen satu minuman bisa untuk 3 jam, lalu selebihnya saya tinggal minta air es yang disediakan gratis. Hehe… Memang kurang ajar sih, tapi saya harus pinter-pinter ngatur keuangan, gimana caranya supaya tetep bisa kerja tanpa harus keluar modal banyak-banyak.
Kalo saya ke coffee shop tujuannya untuk bekerja (waktu itu), lain lagi temen saya. Dia ke coffee shop untuk… main game. Bawa laptop sendiri, tentu. Juga ada temen yang ke coffee shop karena untuk update aplikasi dan software di gadgetnya. Jadi sebenarnya, beberapa orang ke coffee shop karena wi-fi, bukan karena mau minum kopi, meskipun istilah yang dipake tetep sama: ngopi.
Beberapa teman yang sesama penulis juga kadang ke coffee shop bukan untuk bener-bener ngopi, tapi untuk ketemuan dan ngomongin proyek berikutnya. Ketemuan dengan sesama penulis, ketemuan dengan editor, ketemuan dengan sumber yang akan ditulis sebagai bahan tulisan. Di antara mereka, ada yang ngopi, ada yang mesen minuman lain selain kopi. Diterima? Ya tentu saja. Istilah yang mereka pakai? Ya tetep “ngopi”, bukan “ngeteh” atau “ngejus”. Malah kadang ada juga yang nggak mesen apa-apa, cuma numpang duduk dan ngobrol. Toh, pikirnya, temen semejanya juga udah banyak yang mesen…
Coffee shop, mau nggak mau, harus nerima tamu-tamu yang seperti mereka dan seperti saya ini. Kalo mereka nggak terima, ada coffee shop lain pasti yang mau menampung orang-orang seperti kami. Menurut saya sebagai orang awam, kalo sebuah coffee shop mau survive, harus memperhatikan hal-hal ini:
1. Lokasinya harus strategis
2. Harus ada wifi
3. Harga minuman dan makanannya bersahabat
Sebenernya poin ketiga sih masih bisa ditawar sih. Beberapa coffee shop yang memasang harga setinggi langit tetep laku-laku aja dan tetep ramai pengunjung. Biasanya sih yang datang juga tujuannya bukan untuk ngopi, tapi untuk “melihat dan terlihat”. Beberapa coffee shop memang terkenal pengunjungnya keren-keren. Nah, yang dipeduliin itu sebenarnya bukan rasa kopinya, tapi bentuk pengunjungnya.
Bisa jadi fenomena “ingin terlihat dan melihat” ini hanya terjadi di kota-kota besar di negara berkembang seperti Jakarta ya? Tapi apapun itu, toh mereka-mereka ini, kami-kami ini, saya ini termasuk orang-orang yang mendukung berkembangnya coffee shop yang semakin pesat itu.
Kamu sendiri, kamu bilang mau “ngopi” itu tujuannya beneran mau ngopi, mau meeting, atau mau ngeceng? Hehe…
Artikel oleh: Connie Wongsoredjo
Sumber gambar: date.fm