Mengecap atau merasa adalah hal yang cukup kompleks. Meski secara sederhana, kita mungkin membagi hasil kecap menjadi dua, enak atau tidak enak. Padahal lidah, sebagai indera pengecap dapat merasakan empat macam rasa, yaitu asam, manis, pahit, dan asin. Kombinasi dari empat macam rasa inilah yang mungkin menjadikan proses mengecap menjadi kompleks.
Semua orang yang sehat bisa mengecap atau mencicipi. Yang membedakan adalah subjektivitas terhadap objek yang dikecap, karena sensitivitas kita terhadap rasa dan tentunya preferensi berbeda-beda. Sebagian karena alasan biologis, sedangkan sebagian lagi berhubungan dengan eksposur dan kenangan.
Belajar untuk menjadi pengecap atau pencicip adalah tentang bagaimana belajar untuk memahami satu cita rasa dengan yang lain dan bagaimana untuk mengetahui berbagai unsur yang berbeda saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Yang paling utama bukan tentang detail, tapi bagaimana detail tersebut membentuk konsep yang utuh tentang cita rasanya.
Dalam proses mencicipi ada lima bagian yang terkandung di dalamnya: asam, manis, pahit, asin, dan gurih. Namun, kecap hanyalah satu bagian dari analisis sensorik. Bagian lain adalah aromatik, sensasi peraba (tubuh, mulut), sensasi trigeminal (rempah pedas atau menthol dingin, keasaman, astringent).
Semua unsur tersebut saling berinteraksi, dan karakteristik yang berbeda-beda ini bisa menekan atau malah memperkuat satu sama lain. Seperti keasaman sitrat dengan aroma lemon misalnya. Karakteristik yang terdapat dalam unsur-unsur di atas cenderung menekan yang lainnnya, atau setidaknya secara parsial. Contohnya, rasa manis akan mengilangkan pahit dan asam.
Paparan yang berlebihan dari setiap unsur atau sensasi rasa dapat mempengaruhi sensitivitas kita kepada mereka. Ini penting untuk diingat saat melakukan analisis penginderaan, karena bisa saja menyebabkan kelelahan akibat mencicipi terlalu banyak atau berlebihan. Apalagi jika sebelumnya memakan makanan dengan cita rasa kuat sebelum melakukan proses pencicipan. Prosesnya akan menjadi jauh lebih sulit.
Dalam tes penginderaan sebaiknya kenali dulu aspek kualitatifnya dan kemudian intensitasnya. Dan sebagaimana umumnya, sebuah kemampuan diperoleh dari latihan dan penerapan.
Ada beberapa pengujian yang bisa dilakukan dalam tes penginderaan yang berkenaan dengan mencicipi ini. Namun sebelumnya ada kunci mekanis dalam mencicipi yang harus diketahui, yaitu saat kontak dengan objek/sampel dan aroma yang dirasa saat menyesap. Proses menyesap akan menyebarkan sampel ke langit-langit hingga belakang mulut dan juga hidung.
Setelah mekanisme ini dikuasai, maka kita sudah bisa memulai melatih perassa kita untuk mengenali beberapa unsur kualitatif. Cara paling langsung melakukan ini adalah pengujian penginderaan pada 3 larutan, yaitu asin, manis dan masam. Pertama-tama, tentu saja buat 3 larutannya, garam untuk rasa asin, gula untuk manis, dan jus lemon untuk masam.
Kemudian buatlah pengencer dengan 3 tingkatan intensitas yang berbeda untuk tiap-tiap larutan. Pengenceran bisa dilakukan dengan air, dimana sampel tingkat 1 separuh dan separuh lagi untuk berikutnya dan seterusnya. Barulah kita lakukan rangkaian tes atau pengujiannya:
Tes #1
Siapkan setiap pengencer secara sembarang (oleh karenanya penting untuk memiliki rekan dalam melakukan pengujian sebagai pengingat atau pencatat). Coba cermati pengencer mana yang memisahkan diri dari masam, manis atau asin.
Tes #2
Amati tingkat intensitas dari tiap rasa. Kumpulkan sampel berdasarkan tingkat intensitasnya, kemudian beri rating dari yang rasanya tidak begitu kuat hingga yang paling kuat.
Tes #3
Buatlah kombinasi dari setiap larutan, sebutlah sebuah tingkat 2 dari masam, tingkat 3 manis, dan tingkat 1 asin. Temukan larutan mana yang ada dan juga bagaimana tingkat intensitas mereka.
Pengujian terakhir ini untuk membantu kita untuk mempelajari bagaimana berbagai komponen yang berbeda dapat menekan atau meningkatkan rasa yang lain. Harus diperhatikan jika ini adalah latihan yang sangat sulit dan bahkan saat dilakukan oleh profesional sekalipun gradasi biasanya dikerjakan dengan memakai kurva. Hanya sedikit yang bisa meraih nilai 100%.
Tes #4 (Triangulasi)
Dengan menggunakan setidaknya dua jenis kopi yang berbeda, siapkan dua cangkir untuk masing-masing kopinya. Siapkan sampelnya secara sembarangan dan pilihkan kopi yang berbeda. Bisa jadi sulit atau gampang dilakukan, tergantung kopi jenis apa yang dipilih. Tapi dengan ini kita akan mulai cermat memerhatikan apa yang kita alami dari proses pengujiannya.
Tes #5 (Pencampuran)
Ambillah setidaknya 3 jenis kopi dan sejajarkan agar bisa dicicipi. Kemudian siapkan juga sampel ke-4 yang merupakan campuran merata dari tiap jenis kopi yang sudah disiapkan tadi. Praktek ini akan membuat kita mengetahui bahwa tiga kopi tersebut berbeda satu sama lain, namun dengan mengecap yang sudah dicampur, kita akan mencoba menemukan perbedaanya dalam konteks yang baru.
Tes #6 (Suhu)
Siapkan larutan dalam suhu yang berbeda-beda. Ketahui yang mana yang rasanya hilang saat memiliki suhu yang tinggi. Ketahui juga yang mana yang rasanya menguat pada suhu yang berbeda. Ketahui juga jika dalam pengencer yang memiliki lebih dari satu larutan yang mana yang lebih menonjol rasanya pada suhu yang berbeda dan bagaimana perubahan yang terjadi jika larutannya dingin.
Sensasi perabaan merupakan pengalaman penginderaan yang paling sulit dipelajari bagaimana untuk mengkualitas atau mengkuantitasnya. Tapi dengan semakin sering berlatih maka kita akan mulai merasa terbiasa untuk merasakannya.
Dengan melatih pengecapan kita membangun sebuah pelat memori tentang rasa dan akan berguna saat kita mengecap apa yang kita makan, minum atau baui. Tidak ada salahnya mencatat setiap pengujian dalam sebuah buku jurnal.
Proses pengecapan juga dilakukan sengan sampel atau objek yang berbeda. Bisa apel, atau kacang, atau cokelat. Bisa juga dengan mengunjungi toko bunga dan tanyakan bunga mana yang paling aromatis. Mengecap berbagai sampel yang berbeda akan memperluas perbendaharaan rasa dalam benak kita.
Sumber gambar: legacy.sweetmarias.com
Penulis: Haris Fadli Pasaribu