Kopi, Cinta, dan Senandung Musik

Coffee-cups-with-smiling--006

Kalau beberapa orang melarikan diri ke minuman beralkohol ketika sedang sedih, para pencinta kopi tentunya tetap melarikan diri pada yang kita cintai: kopi. Kehangatannya, rasa manisnya, pelukan dari tangan yang tak terlihat ketika kita sedang menyesap secangkir kopi memang nggak tergantikan. Nggak heran banyak karya besar lahir ketika penciptanya sedang merasa gamang, dan mereka terus berkarya untuk menghilangkan rasa sedih mereka dengan ditemani kopi, sahabat yang setia.

Mungkin karena kopi selalu mengingatkan kita kepada kenyataan hidup, bahwa di tengah kegetiran, masih ada kehangatan di sana dan kalau kita mau, kita masih bisa mengubah rasa pahit menjadi rasa yang manis.

Kalau kita mau.

Menyambung artikel tentang “9 Lagu untuk Pencinta Kopi”, kali ini Kopling ingin berbagi lagu yang cukup menohok hati buat para pencinta kopi. Mungkin beberapa di antaranya sudah menjadi lagi kesukaanmu, malah.

One More Cup of Coffee (Bob Dylan, White Stripes)

Lagu ini awalnya dibuat dan dinyanyikan oleh Bob Dylan, sebelum kemudian “diremajakan” kembali dan diaransir ulang untuk dinyanyikan oleh The White Stripes.

Lagu sedih ini ada dalam album ketujuh Dylan, “Desire”, dirilis pada tahun 1976, dan dinyanyikan secara duet dengan Emmylou Harris. “One More Cup of Coffee” menceritakan kisah tentang seorang gadis gipsi yang ditinggalkan oleh kekasihnya. Diduga, lagu ini terinspirasi oleh kisah kehidupan Bob dan Sara Dylan.

“One more cup of coffee for the road.
One more cup of coffee ‘fore I go.
To the valley below.”

Satu cangkir kopi lagi, sebelum aku pergi meninggalkanmu. Satu cangkir lagi.

Cup of Coffee (Katy Perry)

“The little I had left.
He said it’s over,
and I could really go
for a cup of coffee,
and an overdose.”

Dramatis, seperti kebanyakan lagu Katy Perry lainnya. Menceritakan tentang seorang gadis muda yang ditinggalkan oleh kekasihnya, dan ingin menghilangkan kesedihannya dengan meminum kopi banyak-banyak.

We’re Just Friends (Wilco)

“For everything that I’ve done wrong
My whole world just spins
And make some coffee, hold me up
Try to talk me out of giving up…”

Pasti banyak di antara kamu yang pernah terperangkap dalam zona pertemanan ya? Atau, ketika putus cinta, kita berharap masih bisa berteman dengan mantan gebetan atau pacar. Sampai kita menemukan cinta yang lain, atau mungkin akan kembali pada cinta yang sama, bagaimana kalau kita membiarkan kopi jadi teman terbaik di kala sepi dan sedih?

Tom’s Diner (Suzanne Vega)

“And I finish up my coffee
And it’s time to catch the train…”

Itulah kata-kata penutup dari sebuah lagu yang mengisahkan tentang seorang perempuan yang mengamati orang-orang di sekitarnya, pada suatu pagi di sebuah diner. Dan di saat yang bersamaan dia merindukan kekasih hatinya, terutama ketika lonceng gereja berbunyi.

Girl Inform Me (The Shins)

“Like what’s this morning’s paper got to say
And which brand of coffee to make
This is no umbrella to take into the wind
And before we begin is there nothing to kill this anxiety.”

Kadang kita sulit membedakan antara cinta dengan obsesi. Mungkin memang obsesi itu berawal dari rasa suka, lalu cinta. Sementara ketika sudah menjadi obsesi, bisa jadi itu bukan cinta. Lagu ini mengisahkan tentang seorang pemuda yang tergila-gila pada seorang gadis dan berusaha meyakinkan si gadis betapa dia sangat mencintainya.

Pernah merasa seperti itu, atau bahkan mungkin kamu sedang merasakannya?

Coba sesap dalam-dalam lagi kopi dalam cangkir yang saat ini ada di depanmu…

 

Lagu wajib apa yang selalu kamu dengar saat menyesap kopi di kala sedih dan sepi?

Aneka American Coffee

Amerika Serikat yang budaya ngopinya terbilang sangat modern memang nggak jauh dari espresso stands, duyung berwarna hijau, internet, dan wifi gratisan. Budaya ngopi di Amerika ...
joker123malaysia pussy88 xe88 mega888official