Pernah mengunjungi Kamboja? Negara yang terkenal dengan Angkor Wat dan Killing Fields ini juga memiliki budaya ngopi yang menarik. Berpusat di sebuah ibukota bernama Phnom Penh, Kamboja sebenarnya mirip dengan negara kita. Masih masuk ke dalam kategori negara berkembang, jalanan kota Phnom Penh penuh kendaraan, kemacetan di mana-mana, anak-anak sekolah, pekerja berangkat ke kantor, dan segala hal yang memperlihatkan keadaan pagi di Kamboja hampir sama dengan apa yang terjadi di Indonesia.
Di Kamboja, pertanian kopi tumbuh di dataran tinggi Mondulkiri di Utara Kamboja. Biji kopi disangrai sampai hitam. Pertanian kopi di Kamboja sama dengan di Indonesia, hanya Indonesia lebih banyak pegunungan menyebabkan rasa kopinya lebih beragam.
Tapi ada perbedaan yang jelas dalam menikmati kopi. Jika (mayoritas) orang indonesia menyukai kopi dalam keadaan hangat, lain dengan di Kamboja, kopi diseduh dan disajikan dalam keadaan dingin, dan beberapa menambahkan susu kental manis. Ah itu kan biasa ya? Lalu apa yang beda?
Orang-orang Kamboja memiliki keunikan tersendiri dalam menikmati kopi. Mereka suka menambahkan teh hijau ke dalam kopi. Menurut orang sana, teh tersebut akan membersihkan mulut kita dan akan membuat segar. Beberapa ada yang mencampurnya sejak awal, beberapa mencampurnya saat kopi sudah hampir terkikis.
Menambahkan teh jasmine (dalam bentuk bubuk) mungkin terdengar hal aneh. Tapi, seperti mayonaise dengan kentang, ternyata konon percampuran ini bekerja dengan baik. Warna kopi tak lagi hitam, namun berwarna coklat terang keemasan. Salah seorang penggemar kopi jenis ini mengatakan rasanya menyegarkan tapi rasa robustanya masih terasa.
Sampai saat ini sih belum ada penelitian yang menjelaskan tentang pencampuran kedua minuman ini. Apakah bermanfaat atau tidak bagi tubuh? Ah, jika kita menikmatinya, bolehlah ya kita lupakan sebentar perihal kesehatan ini. Hehe…
Apa sudah ada yang pernah mencobanya?