Yerikho Naektua Purba, yang akrab dipanggil Iyeq, adalah freelance designer dan ilustrator kelahiran Medan. Ia menghabiskan masa kecil hingga SMA di Medan dan sekarang sedang menjalani kuliah di Institut Seni Indonesia, Yogyakarta. Menggambar adalah hobi Iyeq dan sekarang ini ia juga sedang semangat menulis.
Iyeq lebih dulu mengenal seni musik jauh sebelum seni rupa. Orang tuanya sering menyuguhkan musik-musik barat era tahun 60-80an seperti ABBA, The Beatles, Queen, dan lainnya meskipun awalnya ia nggak mengenal siapa artis dari lagu yang selalu diputar oleh orang tuanya. Lalu saat SD ia pernah diminta untuk menggambar orang untuk pelajaran seni rupa. Karena nggak bisa menggambar, Iyeq meminta bantuan ayahnya. Namun karena beliau juga nggak pintar menggambar, hasilnya jadi berantakan. Hehe… Kemudian Iyeq menghapus gambarnya dan mencoba sendiri menirukan gambar-gambar di buku komik dan lainnya. Dari situlah ia mulai tertarik dengan gambar.
Iyeq terinspirasi untuk menekuni bidang visual art karena menurutnya visual art membuat orang lebih tertarik untuk memperhatikan dan mendengarkan apa yang ingin ia sampaikan, atau bahkan orang itu akan bertanya lebih lanjut tentang gambar itu. Pada intinya, Iyeq merasa visual art bisa membuat suasana obrolan menjadi lebih ringan dan mengalir.
Keinginan Iyeq untuk menekuni visual art awalnya nggak disetujui oleh orang tuanya, karena di keluarganya belum pernah ada yang menekuni dunia itu. Bisa dibilang, Iyeq adalah orang pertama di keluarganya yang berani terjun di dunia seni. Iyeq juga merasa kalau apreasiasi terhadap seni di Medan sangat minim, jadi orang tuanya sama sekali nggak tahu soal seni rupa dan bagaimana masa depan orang yang hidup di seni rupa. Menurut orang tuanya, seniman itu urakan dan cuma bisa berkembang kalau di luar negeri saja. Ini membuat mereka khawatir kalau seni nggak bisa membuat Iyeq hidup layak di masa depan. Terlebih lagi sejak nilai-nilainya di sekolah turun setelah ia mulai serius dengan dunia seni rupa dan desain. Namun, pada akhirnya orang tua Iyeq mengizinkannya mengambil kuliah Desain Komunikasi Visual di Institut Seni Yogyakarta. Saat ini, dukungan dari mereka semakin meningkat dan Iyeq sangat mensyukurinya.
Iyeq sangat suka dengan budaya Eropa kuno abad 17 hingga 19, mulai dari ilustrasi, seni grafis, pakaian, ukiran daun-daun yang menyulur, bunga-bungaan. Semuanya menjadi hal-hal yang sangat menginspirasi Iyeq dalam berkarya. Ketika menggambar obyek atau benda mati, ia berusaha mencari stok foto benda-benda vintage sebagai acuan untuk menggambar.
Karya Iyeq diakui lebih mengarah ke surealis dan beberapa di antaranya mengarah ke tipografi ekspresif karena ia sering membuat karya tipografi yang ia kerjakan secara “vernakular” meskipun sudah bercampur dengan beberapa aliran. Ada beberapa artis yang menginspirasi Iyeq, di antaranya Salvador Dali, Karl Kwasny “Monaux”, Dan Hiller, Mark Ryden, dan beberapa artis lainnya.
Melalui karyanya, Iyeq ingin mengkomunikasikan tema yang ia buat, baik itu ditentukan atau tema personal, dengan hal-hal yang berbau semangat, kebahagiaan, kekuatan, perjuangan, dan segala hal positif. “Menurut saya hidup ini udah terlalu banyak masalah. Jadi kalau kita menciptakan hal-hal yang negatif juga rasanya hanya akan menambah beban saja, nggak menjadikan saya atau penikmati karya yang saya ciptakan menjadi lebih relaks dan berpikir positif,” katanya.
Karya-karya Iyeq sudah pernah ikut beberapa acara pameran di Jogja seperti Disambar Desember, Drawing Lovers, In Flux, dan lain sebagainya. Ia juga pernah mengikuti pameran di That’s Life Coffee bersama dengan teman-teman hasil seleksi pameran online Kopi Keliling. Ketika ditanya mengenai pameran seni/art project yang menurutnya seru, Iyeq berpendapat pameran yang seru adalah sebuah pameran bersama sekitar 4-5 orang atau lebih sesuai dengan kapasitas ruangan dan setiap artis memiliki daerah kekuasaan masing-masing. Ia yakin setiap pengunjung akan merasa nuansa yang berbeda-beda, bagaikan memasuki 5 planet dalam satu jagad raya di waktu yang relatif singkat.
Iyeq mengaku ia nggak terlalu dekat dengan kopi karena semenjak ia pindah ke Jogja, kopi instan adalah temannya sehari-hari. Dalam kesehariannya, meskipun ia sering mengucapkan atau menerima ajakan dengan istilah “ngopi yuk”, terkadang yang terjadi adalah ngumpul bareng teman-teman sambil meminum minuman apapun, belum tentu kopi, dan nggak selalu di kedai kopi, malah mungkin di angkringan.
Lihat karya-karya Iyeq yang lain di sini: yerikhonaektua.tumblr.com