Nama Sterling Hundley sudah nggak asing lagi di kalangan para ilustrator. Bagi yang belum mengenalnya, Hundley adalah seorang ilustrator dan pelukis berdarah Amerika, dan kliennya adalah penerbit-penerbit papan atas, seperti Rolling Stone, Entertainment Weekly, Arena Stage, Marvel, Atlantic Monthly, the Grammys, GQ, the New Yorker, the Progressive, Vibe, the New York Times, the Los Angeles Times, the Washington Post, Red Bull, Harper Collins, Penguin/Putnam, Random House, Scholastic, Knopf, Sterling Publishing, Major League Baseball, and Virginia Living Magazine. Banyak banget ya! Bukan hanya itu, karya Hundley juga sempat dipakai sebagai desain perangko oleh kantor pos di negaranya.
Salah seorang ilustrator Indonesia yang tergolong beruntung karena sempat menyerap ilmu dari Hundley adalah Varsam Kurnia, yang pernah mengenyam pendudukan di Graphic Design di Lasalle College and Illustration, The Art Department di sebuah musim panas.
Panggilan untuk menjadi seorang seniman sudah dirasakan oleh Varsam sejak dirinya masih duduk di bangku kelas 3 SD, dan keseriusannya berlanjut saat dirinya memutuskan untuk mengambil diploma di Graphic Design, sebelum kemudian mengambil Jurusan Ilustrasi dan bertemu dengan Hundley.
Meskipun saat ini sudah menjadi seorang pelukis dan ilustrator, tapi keluarga Varsam masih susah menganggap dunia seni sebagai dunia yang serius, karena menurut mereka nggak akan banyak menghasilkan uang. Beruntungnya, kakak kedua Virsam selalu mendukungnya, dan meskipun keluarga kurang menyetujuinya, tapi mereka selalu mendukung.
Ketika ditanya siapa senimannya yang menjadi inspirasi dalam berkarya, Varsam menyebut nama Sterling Hundley dengan cepat. Bukan karena Hundley pernah menjadi instrukturnya, tapi juga karena, “… gue kagum dengan cara berpikir dan sikap dia tentang seni.”
Dalam berkarya, Varsam biasa memulainya dengan kata-kata, dan baru kemudian dikembangkannya menjadi sketsa dan thumbnail. Kadang dirinya juga melakukan penelitian warna dan value dulu. Inspirasi semacam ini bisa datang ketika sebelum tidur, atau ketika dirinya memang sedang men-doodling.
Dalam mengatasi creative block, Varsam memilih untuk berolah raga atau berhenti sejenak dari pekerjaannya. Atau, dengan cara menggambar yang sama sekali berbeda dengan hal yang dikerjakannya.
Kopling memang sudah beberapa kali bertemu dengan Varsam, dan Varsam Kurnia juga pernah ikut Pameran ACT yang kopling selenggarakan. Dan sampai hari ini, Varsam masih menyukai minuman kopi yang sama: Vietnamese drip coffee.
Lihat karya-karya Varsam lainnya di sini: varsamkurnia.tumblr.com