Rosa Serena

Rosa Serena adalah seorang creative promotion di sebuah stasiun televisi swasta di Jakarta. Ketertarikannya pada seni sudah ada sejak ia masih kecil. Dulu, ia sempat bercita-cita menjadi seorang seniman. Perempuan yang pernah tinggal di Pulau batam ini menyukai berbagai jenis seni mulai dari film, musik, seni lukis, dan performance art. Buat Rosa, kesemuanya selalu membuat ia bersemangat.

Saat bersekolah di Sekolah Pelita Harapan Sentul dan menjadi mahasiswa Desain Komunikasi Visual di Universitas Pelita Harapan, Rosa merasa beruntung karena ia bisa bertemu dengan guru, dosen, serta teman-teman yang mempunyai ketertarikan yang sama dengan seni. Dari situ, ia pernah beberapa kali mengadakan pameran kolaboratif. Pameran kolaborasi yang pernah ia adakan berbentuk karya seni lukisan, instalasi, dan fotografi. Ia juga banyak terlihat dalam beberapa pembuatan video kreatif teman dan menari pada acara performance art yang pernah diadakan di Payon, Kemang tahun lalu. Rosa banyak mengeksplorasi materi visual dalam pekerjaannya. Di saat luang, Rosa juga selalu menyempatkan diri untuk terlibat di dalam kegiatan-kegiatan seni. “Ketertarikan saya pada seni nggak pernah habis, karena seni memberikan energi pada saya untuk terus berkarya dalam berbagai medium,” ujarnya.

Rosa mengaku saat ini ia masih terus mencari bidang seni yang paling nyaman untuk diseriusi. Sejauh ini, bidang seni visual adalah yang paling dekat dan nyaman ia lakukan, karena ada kaitannya dengan kemampuan Rosa untuk mengeksplor berbagai medium. Rosa juga mencintai musik, tapi ia memilih untuk mengekspresikan diri lewat karya-karya visual dengan berbagai gaya, karena menurutnya ia masih terlalu dini untuk mengetahui style-nya sendiri. Kebanyakan karya Rosa lahir dari spontanitas dan berkaitan dengan keadaannya pada saat itu.  Melalui karyanya, Rosa mengatakan kalau ia ingin merayakan seni dan mencoba meminjam sedikit sejarah yang romantis, supaya perasaan yang ada di dalam karyanya bisa ia bagikan kepada mereka yang menikmati karyanya. Frida Kahlo, Norman Rockwell, Andy Warhol, Michel Gondry, dan Stefan Seigmeister adalah beberapa dari banyak seniman yang menginspirasi Rosa.

Buat Rosa, menonton film, video pendek, dan membaca novel sudah menjadi bagian dalam kehidupannya sehari-hari. Selain karena tuntutan pekerjaan yang mengharuskannya untuk terus beride, ia merasa seperti nggak makan kalau dalam sehari nggak nonton cuplikan film atau video sedikit saja. Ketika sedang menikmati video atau film, Rosa selalu berkhayal. Dan khayalan itulah yang ia corat-coret di kertas. Ketika ia butuh inspirasi, ia tinggal membuka kembali tumpukan coretan tersebut.

Rosa cerita kalau ada satu pameran yang paling berkesan buatnya, yaitu pamerannya sendiri yang berkolaborasi dengan dosennya yang juga seorang fotografer. Pameran tersebut diadakan di Grand Indonesia. Pameran theatrical photography ini tidak direncanakan sebelumya, namun memberikan kesan dan perubahan bagi hidupnya. Dalam pameran tersebut, Rosa menjadi model theatrical, menghasilkan banyak karya fotografi yang dicetak di berbagi medium (seng batu, kayu, instalasi). Setelah dicetak, ia mengolahnya kembali menjadi karya visual dengan menambahkan charcoal, coretan dari kopi, dan tulisan—tulisan pada tembok. Di pameran itu Rosa merasa bisa mengekspresikan diri secara menyeluruh dan jujur.

Dulu, Rosa adalah peminum kopi kelas berat. Ia bisa meminum bergelas-gelas kopi dalam sehari tanpa meminum air putih segelaspun. Segala macam kopi juga menjadi favoritnya saat itu. Namun ia terpaksa harus mengurangi minum kopi dan memperbanyak minum air putih karena pernah mengalami sakit akibat kurang minum air putih. Sekarang, Rosa cukup jarang minum kopi. Tapi aroma dan bentuk kopi selalu bisa menggugahnya, katanya.

About author

Iyo Kusumong

“Intinya, gue enjoy aja dalam membuat sebuah karya yang jujur.” – Iyo Kusumong Bagi generasi terkini, benda yang disebut “kaset” mungkin asing terdengar di telinga, ...
joker123malaysia pussy88 xe88 mega888official