Sebagai seorang ilustrator muda, Basith Ibrahim, yang kerap disebut Puppetvector, sedang melalui proses pematangan menjadi seorang seniman. Menggambar merupakan bagian penting dari hidupnya, Puppetvector memilih untuk serius menekuni ilustrasi sejak SMA. Dulu ia sempet mengambil kuliah jurusan desain di Bina Nusantara selama 5 semester. Saat ini, Puppetvector bekerja sebagai Full Time Illustrator untuk Caravan Studio.
Puppetvector mendapat banyak rangsangan untuk menggambar dari orangtuanya yang berprofesi sebagai arsitek. Dari SD, ia suka sekali menggambar, namun karena karakternya yang pemalu, ia nggak pernah melakukan kegiatan yang sangat ia suka itu di sekolah. Puppetvector lebih suka melampiaskan hasrat untuk menggambarnya setelah pulang sekolah, dan biasanya gambar-gambar itu hanya ia tunjukkan ke kedua orang tua atau saudara-saudaranya di rumah. Saat SMA, ada teman sekolah yang memintanya untuk menggambar sepatunya setelah ia melihat karya Puppetvector. Bahkan, teman sekolahnya sampai bersedia untuk membayar! Dari situlah ia baru menyadari kalau menggambar sebenarnya bisa menjadi sebuah pekerjaan.
Di awal kuliah, Puppetvector bercerita kalau ia mengira jenis pekerjaan yang bisa ia dapat dengan menggambar adalah pekerjaan yang lebih mengarah ke advertising dan branding seperti logo. Suatu saat, ia sempat mendengarkan podcast dari Bobby Chiu, seorang character designer untuk film-film animasi, dan ia baru menyadari kalau pekerjaan itu bisa dilakukan oleh siapaun, nggak terbatas untuk orang-orang yang bekerja di dalam studio besar. Sejak itu, Puppetvector memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan advertising dan branding untuk fokus ke fundamental drawing yang lebih dibutuhkan untuk menggambar ilustrasi. Ia bercita-cita untuk bisa membuat film animasi suatu saat nanti. Baginya menggambar berperan penting dalam proses komunikasi di dunia.
Puppetvector mengaku ibunya memiliki peranan penting dalam mendukung karirnya di dunia seni visual. Terkadang, ia suka menunjukkan ilustrasi-ilustrasi bagus yang ditemukan di jalan. Meskipun begitu, Puppetvecotr juga sempat merasa ada beberapa orang di sekitarnya yang nggak suka dengan keputusannya untuk menekuni dunia seni visual, tapi ia nggak memedulikannya.
Seniman seperti Peter De Seve, James Jean, Shawn Barber, dan Bobby Chiu memberi banyak perspektif yang berbeda bagi ranah visualnya. Puppetvector mendapat ide berkarya melalui pola fikir manusia dan gaya hidup disekitarnya. Teknis dan gaya ilustrasinya masih terus berevolusi. Dia yakin gaya yang tepat akan datang dengan sendirinya, didukung dengan pembelajaran seniman tersebut mengenai kehidupan.
Ciri khas Puppetvector dalam berkarya adalah warna mellow, saturasi rendah, dan mood yang manis. Inspirasinya dalam menggambar bisa diperoleh dari mana saja. Ia mencoba untuk tidak tertutup dengan segala hal. Puppetvector menyadari kalau belakangan ini inspirasinya sering muncul saat ia membaca buku.
Kebahagiaan, hal-hal yang naif, dan pola pikir berbeda yang mengarah ke hal yang positif adalah hal-hal yang ingin ia sampaikan dari karya-karyanya. Tapi nggak jarang juga ia suka menggambar hal-hal yang menyedihkan saat ia sedang nggak ingin bahagia.
Karya Puppetvector pernah diikutsertakan di kolaborasi print buku yang diselenggarakan oleh seorang teman di Kanada. Menurut Puppetvector, bukunya memang sederhana dengan bentuk seperti zine, tapi itu sangat berkesan buatnya karena dibuat di awal-awal ia menekuni dunia seni. Karya – karyanya juga telah dicetak di majalah Babyboss, salah satunya merupakan poster dengan tema Piracy. Tidak hanya itu, karya ilustrasi-nya berjudul Rubberboy, The Orbs, dan Sea Monster juga telah dipakai untuk clothing line. Ia juga pernah mengikuti pameran Kopi Keliling Volume 4 dan Volume 5.
Saat ini, Puppetvector sedang mencoba untuk mengurangi minum kopi karena ia ingin tidur lebih cepat. Ia berusaha untuk menyelesaikan deadline supaya nggak sampai larut terlalu malam.
Lihat karya-karya Puppetvector lainnya di sini: puppetvector.blogspot.com