Aku percaya, seni rupa bisa membawa perubahan ke masyarakat.
Muhammad Sabil, yang biasanya dipanggil Sabilwaso, adalah mahasiswa jurusan Seni Rupa Institut Teknologi Bandung. Dari SMA, ia sudah tahu kalau panggilan hidupnya mengarahkan diri ke dunia seni rupa. “Waktu SMA aku masuk ekskul Cakrawala, dan itu tentang seni rupa. Dari situ aku langsung benar-benar tertarik dan jatuh cinta dengan dunia ini,” katanya mantap.
Kecintaan Sabil terhadap dunia seni rupa jauh lebih besar dari sekadar mendalami teknik. Baginya, seni rupa mampu menghadirkan menghadirkan apa yang tidak terlihat, dan proses pengerjaan dan mengapresiasi karya seni rupa adalah proses memanusiakan diri sendiri, mengingatkan bahwa kita masih manusia sehat yang bisa mencintai dan menghargai keindahan,” kata Sabil.
Ia juga paling senang saat seseorang tersenyum melihat karya seni, termasuk karyanya. Karena itu berarti si penikmat karya memikirkan benar-benar makna di balik sebuah karya. Bagi sabil, overthinking adalah hal yang menyenangkan. “Kita dipaksa untuk selalu kritis akan semuanya,” katanya. Pria yang saat ini menetap di Bandung memang banyak terinspirasi dari kehidupan sehari-hari, namun makna yang ia angkat sebenarnya lebih dalam dari hanya kejadian harian. Ia ingin mengingatkan kembali tentang kita sebagai manusia. Keseharian yang terkadang tidak kita sadari, bahwa setiap gerakan atau apapun yang kita lakukan selalu menghadirkan image yang ternyata tidak sesederhana itu.
Meskipun memiliki hubungan yang sangat dekat dengan minuman kopi, Sabil mengaku ia masih suka salah atau gagal membuat kopi. Mungkin ada dari kamu yang mau barter ngajarin cara membuat kopi, ditukar dengan ilmu Sabil di dunia seni visual?
Lihat karya-karya Sabil lainnya di sini: sabilwaso.wix.com
