Bagas Bagol

“This life is too short to cry.”

– Bagas Bagol

Demikian penjelasan Bagas Nurrochman, atau yang lebih dikenal dengan nama Bagas Bagol jika diminta untuk mendeskripsikan dirinya dalam satu kalimat pendek. Bisa jadi, itulah yang membuatnya banting setir menjadi seorang ilustrator saat dirinya sudah duduk di bangku kuliah Universitas Padjajaran Bandung jurusan Akuntansi.

Awalnya, Bagas mengira bahwa menjadi seorang akuntan itu lebih baik ketimbang menjadi seorang seniman. Mungkin memang profesi sebagai seorang akuntan itu lebih menjanjikan, tapi bukankah hidup itu terlalu pendek untuk dijalani tanpa mengejar rasa nyaman?

Tidak mudah bagi Bagas untuk memulai karirnya sebagai seorang ilustrator, tapi dirinya menjalaninya seperti air yang mengalir. Dia terus berkarya, bereksplorasi, hingga karyanya diterima oleh banyak orang seperti saat ini. Untungnya, pihak keluarga dan orang terdekat mendukung impiannya, dan selalu ada untuknya.

Laki-laki kelahiran Jakarta tepat di hari Tahun Baru ini saat ini masih terdaftar sebagai mahasiswa di Pendidikan Seni Rupa, Universitas Negeri Jakarta. Hal ini mengharuskannya untuk setiap hari mondar-mandir Bogor – Jakarta, karena selain aktif kuliah, dirinya juga sering membuat banyak event bersama kawan-kawannya, bukan hanya sebagai ilustrator paruh waktu.

Bagas Bagol sudah mencintai dunia seni visual, khususnya melukis dengan gaya fotorealis sejak duduk di bangku sekolah, tapi tentunya bakatnya semakin terasa di bangku kuliah. Sebenarnya, tanpa harus kuliah pun, Bagas sudah mahir melukis karena bakat otodidak yang dimilikinya. Bagas sangat bahagia saat ini, karena dirinya akhirnya menuruti panggilan seni yang jauh berbeda dengan perjalanan kuliahnya sebelumnya. Saat ini, karya Bagas lebih cenderung ke arah realisme dan surealisme, dan dirinya mulai bereksplorasi dengan menggunakan media cat air.

bagas-1 bagas-2

Dalam berkarya, yang menjadi inspirasinya biasanya adalah hal-hal yang ada di sekitarnya – apa pun yang mungkin menurut awam biasa saja, tapi terlihat menarik di matanya. Sebagai seorang seniman, Bagas merasa “wajib” untuk meminjamkan matanya kepada orang lain agar dapat juga melihat sisi menarik yang dilihatnya. Ide-idenya biasa muncul saat dirinya sedang mengamati keadaan di sekelilingnya saat senggang di kampus.

Bagas sangat bangga ketika dirinya lolos sebagai salah satu peserta Pameran KOLCAI 2 di Bentara Budaya Bali. Bisa dimengerti, karena biasanya para peserta pameran itu adalah seniman yang sudah dianggap matang, sudah punya nama, dan karyanya sudah banyak yang mengenal. Wajar kalau dirinya merasa bangga, karena dalam pameran tersebut, dirinya adalah peserta termuda.

Kalau kamu ingin mengajaknya mengobrol sambil menyesap kopi hitam, capuccino, atau mochaccino, kamu bisa menghubunginya melalui akun Twitter-nya: @BagolBagas.

 

Lihat karya-karya Bagas lainnya di sini: bagasnr.tumblr.com

About author

Pemutaran Film Dokumenter The Coffee Man

Bulan Juli ini Kopling akan berkeliling ke beberapa coffee shop di Jakarta dan sekitarnya untuk mengadakan pemutaran film The Coffee Man yang sangat inspiratif. Film dokumenter ini ...
joker123malaysia pussy88 xe88 mega888official