Aufa Aqil Ghani

“Aku sangat terbuka kalo ada yang mau diajarin, tapi aku hanya memberikan ilmu seadanya. Soalnya ilmuku masih seadanya dan kamu harus menerimaku apa adanya. Soalnya aku suka mengada-ada dan ini nggak ada maksud dan bukan modus yang dari nggak ada apa-apa menjadi ada-adaan,” demikian jawab Aufa Aqil Ghani, ketika seorang penggemarnya bertanya melalui akun ask.fm-nya. Haha. Kocak sekali ya!

Pelukis yang satu ini memang terkesan sangat apa adanya, nggak jaim, dan sangat bebas dalam menuturkan isi kepalanya. Dirinya lebih sering menggunakan istilah “menggambar” ketimbang “melukis” saat wawancara dengan Kopling. Menurut Aufa, menggambar itu seperti membuat catatan dalam bentuk visual. “Bisa dibilang aku seperti menulis ulang perasaan dan emosiku ke dalam bentuk gambar,” begitu jelasnya.

Seperti halnya para pelukis dan ilustrator lainnya, Aufa sudah tertarik dengan dunia seni sejak usia dini. Yang menjadi inspirasinya ketika masih duduk di bangku sekolah dasar dulu adalah Doraemon dan Naruto. Bukan hanya teman-temannya yang menyukai gambarnya, tapi juga guru gambarnya. Tentunya hal ini membuatnya semakin bersemangat untuk menggambar.

Kecintaannya pada seni mengantarkannya ke FSRD ITB melalui jalur undangan. Tantangannya ketika itu adalah menggambar sebuah suasana dengan gaya realis. Aufa yang biasanya hanya menggambar maga, mau nggak mau mulai mencari tahu bagaimana bentuk realisme itu, dan… terima kasih, Instagram, karena dari sana dirinya belajar banyak dari para seniman beraliran realisme.

Dari situ, Aufa juga akhirnya mengerti bahwa menggambar itu bukan hanya untuk sekadar bagus saja, tapi harus mempunyai konsep. Konsep itu lalu harus dimasukkan ke dalam karyanya sebagai makna yang tersirat, yang kemudian diterima oleh orang lain. Aufa memang orang yang sangat ulet, “Kalau orang lain bisa, mengapa kita nggak?”

aufa-2 aufa

Ketika ditanya gaya menggambarnya saat ini, Aufa mengaku dengan jujur bahwa dirinya masih mencari-cari dan sibuk bereksplorasi. Dirinya nggak membatasi apa yang mau atau apa yang nggak mau digambarnya, dengan cara apa pun. Apa pun digambarnya, bahkan perasaan manusia sekalipun.

Aufa langsung menyebut dengan tegas nama Paula Bonet ketika ditanya siapa seniman pertama yang menginspirasinya. Kembali dirinya mengaku bahwa awalnya dia belajar dengan cara menyontek karya idolanya itu; tekniknya dan lain sebagainya – sampai akhirnya dirinya dapat membuat gayanya sendiri tapi menyontek.

Adalah wajar kalau orang sekreatif Aufa pun sesekali mengalami creative block. Dan yang dilakukannya biasanya adalah dengan mencari inspirasi dari internet, berjalan-jalan, dan membaca buku. Apa pun bukunya. Selain itu, “… jangan lupa mencicipi makanan yang enak!”

“What’s bad for your heart is good for your art,” demikian pesan Aufa sebagai kata penutup. Kalau kamu ingin mengenalnya lebih jauh, silakan mengajaknya berkicau melalui akun Twitter-nya atau bertanya apa pun melalui ask.fm.

Twitter/ask.fm: @aufaag

Lihat karya-karya Aufa lainnya di sini.

About author

Ilustrasi di Sebuah Coffee Cup

Setelah kita kemarin kita dikejutkan dengan seniman yang menggambar panorama Kota Tokyo di atas kertas putih yang membentang 9 meter, kini ada seniman lain yang ...
joker123malaysia pussy88 xe88 mega888official