Felixitas Citra Wijaya Anggraeni

Terkadang, orang yang kita tuduh sebagai pemalas belum tentu malas sebenarnya. Mungkin karena dirinya terpaksa untuk melakukan hal yang nggak disukainya. Coba minta dia untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginan hatinya, dan kita akan terkejut melihat betapa sebenarnya dia adalah orang yang tekun dan rajin.

Hal ini pernah dirasakan oleh Felixitas Citra Wijaya Anggraeni atau yang lebih dikenal dengan nama Felik. Seniman perempuan kelahiran tahun 1992 ini ketika kecil dulu sering berpura-pura sakit saat diajak oleh orangtuanya ke gereja. Dirinya lebih memilih untuk menonton serial kartun di rumah. Kemudian dari situlah bakat seninya mulai berkembang. Bukan hanya film kartun, tapi setiap almarhumah ibunya menerima gaji, Felik dan kakaknya selalu minta dibelikan buku-buku komik.

Ketika anak-anak lain memilih untuk menggunakan uang mereka untuk membeli jajanan, Felik lebih memilih untuk menghabiskan uang jajannya untuk bermain Play Station selama berjam-jam. Hal ini biasa dilakukannya sepulang sekolah sampai larut. Imajinasi gadis kecil yang masih berseragam SD ini pun meledak dan ditumpahkannya dalam bentuk gambar.

Awalnya, Felik menggambar karena ingin gambarnya terlihat lebih indah, dan sampai saat ini pun dengan rendah hati dirinya mengakui bahwa dirinya masih belajar dan berproses. Bahagianya ada di situ.

portofolio-felixitas-citra-seniman-kopi-keliling-volume-0

profil-felixitas-citra-seniman-kopi-keliling-volume-0

Seperti halnya anak-anak lain, semakin ditentang dan dilarang, Felik pun semakin merasa tertantang. Klimaksnya terjadi saat Felik harus memilih perguruan tinggi. Ibunya nggak menyetujui pilihannya untuk masuk ke jurusan seni rupa. Demi cita-citanya, Felik akhirnya bekerja dulu selepas SMA. Setahun bekerja, ibunya masih menginginkan Felik untuk menjadi guru, tapi niat Felik untuk menjadi seniman belum juga pupus. Tak lama setelah itu, ibunya meninggal, dan Felik masuk ke jurusan seni rupa.

Inspirasi Felik dalam berkarya didapatkannya dari pengalaman pribadi, selain dari tokoh-tokoh seni seperti Andy Warhol, Keith Haring, Ror Lichenstein, Shepard Fairey, Sari Saartje, dan Eko Nugroho.

Felik sering bercerita tentang seorang anak kecil dalam berkarya. Hal ini, kembali lagi, berangkat dari pengalaman pribadinya semasa kecil. Saat itu dia mengamati perilaku orang dewasa yang kekanakan, tentang makanan, dan sesekali juga tentang curhatan si anak kecil itu. “Masa kecil adalah proses pembangunan fondasi kepribadian seseorang. Karenanya, koreksi dan refleksi diri itu sangat penting, agar kita dapat terus menjadi semakin baik,” jelasnya bijak.

Untuk menghilangkan stres dan mengatasi creative block, Felik berkelana menjelajahi toko mainan, film, komik, games, jalan-jalan dengan vespanya di malam hari seorang diri, atau… pacaran!

… dan Felik pun lalu menutup wawancara dengan meneguk kopi hitam. Sederhana, sesederhana pribadinya.

 

Lihat karya-karya Felik lainnya di sini: kucingsitas.tumblr.com

About author

Bagas Bagol

“This life is too short to cry.” – Bagas Bagol Demikian penjelasan Bagas Nurrochman, atau yang lebih dikenal dengan nama Bagas Bagol jika diminta untuk ...
joker123malaysia pussy88 xe88 mega888official