Dessy Safira

Dibandingkan pelukis atau ilustrator, mungkin profesi seniman keramik atau gerabah belum terlalu banyak. Ah, berbicara tentang seni yang satu ini selalu mengingatkan kita kepada Demi Moore dalam film “Ghost”, bukan?

Dan, kali ini Kopling ingin memperkenalkan seorang seniman kelahiran Jakarta yang mencintai keramik. Dessy Safira, namanya – atau yang kadang dikenal dengan sebutan DC. Yuk, kita ikuti ceritanya tentang perjalanan karirnya!

Ketika kecil dulu, Dessy suka menggambar di buku catatannya di setiap kesempatan. Selain itu, gadis kelahiran 29 Desember 1992 ini juga suka membuat mahluk-mahluk imajiner dari plastisin. Panggilan seni itu semakin keras terdengar oleh batinnya saat ia duduk di kelas 3 SMA. Setelah melalui banyak perdebatan dengan dirinya sendiri, akirnya ia memutuskan untuk mendalami seni dengan masuk ke Fakultas Seni Keramik di Institut Teknologi Bandung. Untungnya, pilihan hatinya ini sangat didukung oleh orang-orang sekitar, meskipun tentu ada beberapa orang dari keluarga besar yang mempertanyakan keputusan Dessy ini. Dengan karya-karyanya, Dessy terus berusaha membuktikan bahwa dirinya memang serius, layak, dan pantas untuk disebut sebagai seorang seniman keramik.

Bagi Dessy, seni visual adalah akar dari bentuk seni lainnya – karena apa yang dilihat oleh mata itu kemudian turun ke hati. Karya-karyanya cenderung sureal dan eksperimental, karena Dessy memang suka melakukan eksplorasi. Seniman senior yang paling banyak menjadi sumber inspirasinya adalah Eko Nugroho, tapi selain Eko, Dessy juga mengidolakan karya-karya Beth Cavener Stichther dan Kim Simonsson.

Ketika ada ide baru muncul di kepalanya, Dessy langsung mencatatnya atau membuat sketsanya di sebuah buku catatan kecil yang selalu dibawanya ke mana-mana. Proses kreatif yang dialaminya dalam berkarya biasanya berawal dari bermain secara visual, baru kemudian timbul gagasan, dan setelahnya dibiarkannya intuisinya yang mengambil peran. Tapi urutan dalam proses ini bisa terjadi secara terbalik. Setiap peristiwa dan fenomena penting yang terjadi pada dirinya dan sekitarnya adalah lahan bagi Dessy untuk mengawali sebuah karya baru.

“Every little thing in life matters.”
– Dessy Safira

portofolio-karya-dessy-safira-seniman-kopi-keliling-volume-0

portofolio-karya-dessy-safira-kopi-keliling-volume-0-part-2

Ada seorang sosok anak perempuan yang hampir selalu muncul dalam karyanya sejak tahun 2012, baik dalam lukisan maupun keramik karya Dessy. Anak perempuan ini “dipakai” oleh Dessy sebagai sebuah simbol kejujuran, karena seperti yang kita tahu, anak kecil memang jauh lebih jujur ketimbang orang dewasa dalam mengungkapkan apa yang dirasakannya.

Saat creative block menyerang, Dessy biasanya pergi ke toko mainan atau hanya sekadar berkunjung ke bagian mainan anak-anak di pasar swalayan. Baginya, mainan selalu punya hal menarik dan di sana banyak ide-ide visual baru untuk diulik. Dessy memang sepertinya akrab dengan anak-anak dan dunia anak. Nggak heran, karena itulah sejak tahun 2012 dirinya juga bekerja sebagai fasilitator yang mengajar seni rupa untuk anak-anak di Jendela Ide, sebuah institusi kebudayaan bagi anak-anak dan remaja.

Ingin dengar celotehannya, atau bertanya lebih jauh tentang seni keramik kepada Dessy? Silakan saja follow akun Twitter-nya.

Twitter: @dcsafira

 

Lihat karya-karya Dessy lainnya di sini: dessysafira.tumblr.com

About author

joker123malaysia pussy88 xe88 mega888official