Art

Puisi di Commuter Line

Kalo jaman dulu kita belajar peribahasa dan peribahasa-peribahasa itu sampe hari ini masih nempel banget di kepala ketimbang nasehat-nasehat yang nggak “nyastra”, mungkin memang ada baiknya kita sekarang mulai bikin peribahasa-peribahasa baru untuk tujuan ini, atau… puisi.

Kamu masih inget nggak dengan cerita Kopling tentang seorang seniman di New York yang membuat curbside haiku untuk ningkatin kesadaran warga akan pentingnya disiplin berlalu lintas? Kali ini ada seniman yang membuat hal serupa tapi tak sama.

puisikereta2

Pengguna commuter line pasti sering kesel kan ya sama sesama penumpang yang nggak ngerti aturan. Nggak tau caranya ngantri, terus main asal sruduk. Nah, inilah yang baru-baru ini dibuat oleh Transport for London dengan programnya yang dikasih nama “Travel Better London”. Mereka menggunakan puisi untuk mempromosikan gimana caranya jadi penumpang commuter line yang baik. Wah, ternyata bule juga banyak yang suka melanggar aturan ya! Hehe…

Dengan bantuan sejumlah penyair asal London, mereka membacakan puisi di 9 stasiun commuter line, dan puisi-puisi itu intinya berisi kebiasaan-kebiasaan buruk yang merusak kenyamanan perjalanan ber-commuter line.

Bukan hanya para penyair, tapi rakyat pun bisa ikut menyerahkan puisi mereka melalui Tumblr dan puisi yang menang akan dibuatin poster dan dipajang di seluruh jaringan commuter line di London. Gerakan ini disebut “poetiquette” – puisi yang berisi wejangan soal etiket. Ini juga salah satu puisinya:

Lines – Sarah Wardle

May poetry help us to be patient,
to pause, think of others and be aware,
to move along, not put feet on a seat,
not eat stinking food, not let headphones blare.

May poetry’s rhythm, like a Tube train,
lull us into helpfulness, calm us down.
May poems remind us to be human,
their courtesy inspire the Underground 

until even those who are in a rush
realise through a poem’s epiphany
that rights belong to every one of us,
that we’re all lines in life’s anthology.

Inggris memang gudangnya sastrawan sih ya, nggak heran kalo mereka memang sangat tergila-gila puisi. Dan gerakan ini juga dibuat dalam rangka “National Poetry Day” atau Hari Puisi Nasional pada tahun ini.

Tumblr: travelbetterlondon.tumblr.com

***

puisikereta

Beda Inggris, beda lagi di New York. Di New York, kegiatan berpuisi di subway udah ada sejak bertahun-tahun yang lalu, dan beberapa puisi yang dibuat juga dijadiin poster. Tapi agak berbeda sama yang di London, di New York isinya nggak melulu soal etiket dalam berkendaraan umum, tapi isinya lebih beragam. Mungkin seperti orang yang kenalan dengan seseorang di subway, jatuh cinta, atau hal-hal lainnya yang berhubungan dengan pengalaman naik subway itu.

Salah satu instalasi puisi di subway di New York pada tahun 2011 yang disebut “A Commuter’s Lament, or a Close Shave” dan puisinya sampe masuk ke New York Times. Yang nulis hanya satu orang ketika itu, yaitu Norman Colp. Jangan bayangin puisi yang ribet dan penuh dengan kata-kata indah. Puisinya justru menarik karena sangat sederhana, seperti misalnya:

Overslept / So tired / If late / Get fired / Why bother? / Why the pain? / Just go home / Do it again

Juga ada beberapa puisi lama (ditulis tahun 1891) yang tetap relevan dengan keadaan masa kini, seperti “Inscriptions” karya Whitman ini:

STRANGER! if you, passing, meet me, and desire to speak to me,
why should you not speak to me?
And why should I not speak to you?

Gerakan puisi di subway ini juga disebut “Poetry in Motion” dan juga ada di subway di beberapa kota besar di Amerika, seperti Chicago, Los Angeles, San Francisco, Washington, D.C. dan beberapa kota besar lainnya.

Website: poetrysociety.org

 

Kalo kamu seorang pengguna commuter line, puisi pendek apa yang akan kamu tulis hari ini tentang perjalananmu tadi?

 

Sumber foto: Designtaxi.com

joker123malaysia pussy88 xe88 mega888official